”Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”
Yesaya 40:12
”Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
Amsal 25:11
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya – 60011
T E P A T
1. TEPAT BERARTI TANGGUH
Karakter benar menghasilkan kemantapan, sedang karak¬ter tepat menghasilkan ketangguhan atau keperkasaan. Semakin benar dan tepat karakter seseorang, ia akan semakin mantap, tangguh, bagaikan sebatang kayu besi yang padat dan kuat.
2. ALLAH ADALAH TEPAT
Yesaya 40:12 mengatakan bahwa Allah menakar air laut dengan lekuk tangan-Nya, dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca. Jadi segala sesuatu yang diciptakan Allah telah melalui proses pena¬karan, pengukuran, penimbangan, dan peneracaan yang tepat.
Para ilmuwan membuktikan bahwa volume air di bumi tepat sesuai dengan keperluan kita, tidak lebih pun tidak kurang. Andaikata air laut lebih dalam 9 kaki (2,736 m) dari yang ada sekarang, maka karbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2) di bu¬mi akan habis terhisap air laut, dan itu akan mengancam ke¬hidupan manusia, binatang maupun tetumbuhan. Sebalik¬nya, andaikata volume air laut lebih sedikit daripada yang ada sekarang, maka itu akan mempengaruhi siklus air. Kalau per¬ban¬ding¬an permukaan laut dengan bumi tidak 30% gunung, 60% laut, dan 10% ladang, maka volume penguapan akan men¬jadi ter¬lam¬pau kecil, sehingga air hujan tidak mencukupi, dan lahan sa¬wah akan kekeringan dan tanaman di sawah akan mati. Te¬ta¬pi Allah telah menakar semuanya itu dengan tepat, se¬suai de¬ngan kebutuhan siklus.
Ketinggian langit kurang lebih 92 juta mil (148,028 juta km), juga membuktikan Allah adalah Allah yang tepat. Andai¬kata direndahkan beberapa mil, keadaan itu akan mempersulit pernafasan manusia, dan kalau dipertinggi, itu akan menggang¬gu kehidupan kita. Kalau jarak antara bumi dengan matahari terlalu dekat, segala benda akan hangus terbakar. Jika terlalu jauh, semua makhluk akan mati beku. Tetapi karena telah diu¬kur dengan tepat oleh Allah, maka semua bisa sesuai dengan ke¬per¬luan hidup kita.
Bumi beredar sekali setiap hari, sangat tepat, tanpa berse¬lisih semenit pun. Malapetaka besar akan terjadi bila bumi ber¬e¬dar lebih cepat atau lebih lambat.
Beredarnya tiap-tiap planet pun tepat pada orbitnya masing-masing. Jika tidak, akan bertabrakan dan hancur. Dan ka¬re¬na semuanya beredar dengan teratur dan tepat, maka para as¬tronom bisa meramal tahun, bulan, hari, bahkan jam dan me¬nit terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Tuhan pun sangat tepat terhadap umat-Nya. Dalam Amos 7:8 dikatakan, ”Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali si¬pat di tengah-tengah umat-Ku Israel.” Zakharia 2:1-2 menga¬takan, ”Aku melayangkan mataku dan melihat: tampak seorang yang memegang tali pengukur. Lalu aku bertanya: ’Ke manakah eng¬¬kau ini pergi?’ Maka ia menjawab aku: ’Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya.’” Perlakuan Allah terhadap umat-Nya adalah tepat, sebab telah diukur dengan tali pengukur-Nya.
Setiap perkara yang menimpa diri kita bukan kebetulan, melainkan sebelumnya sudah diatur oleh Allah, dan terjadi me¬nu¬rut rencana-Nya. Tidak ada satu perkara yang terlampau lam¬¬bat atau terlampau cepat. Segalanya terjadi tepat pada wak¬tunya. Jadi, perlakuan-Nya terhadap kita sebelumnya su¬dah melalui pertimbangan, perencanaan, dan pengaturan yang seksama.
Banyak tahun yang lalu, di suatu area pertambangan di Afrika ditemukan sebuah batu permata yang sepanjang sejarah belum pernah ada. Batu permata itu kemudian dipersembah¬kan kepada ratu Inggris, guna dipasang sebagai perhiasan per¬ma¬ta di mahkotanya. Ratu Inggris menyerahkan permata itu ke¬pa¬da seorang ahli permata yang paling terkenal di Amsterdam, dan memintanya untuk mengasah baginya. Ahli permata ini meng¬ambil permata yang sangat berharga itu, kemudian sela¬ma beberapa minggu mempelajari dan menelaah karakteristik ba¬tu permata itu; dengan teliti menyelidiki sifat-sifatnya, kadar kekerasannya, guratan-guratan di dalamnya. Akhirnya sampai¬lah pada pengambilan keputusan; ia mengambil pahat, digu¬rat¬nya sebuah tanda, dan dengan mantap dipukullah batu per¬ma¬ta itu. Sekejap mata, sebuah permata yang tidak ada duanya di dunia ini telah terbelah menjadi dua. Coba katakan, apa¬kah se¬kali pukulan itu salah? Tidak! Itulah satu demonstrasi yang pa¬ling hebat dari seorang ahli permata. Dan pukulan kali itu justru men¬jadikan batu permata itu menjadi dua batu per¬ma¬ta yang paling cemerlang dan berkilauan di dunia ini. Bagi batu perma¬ta itu, satu pukulan itu justru adalah satu penyela¬matan. Kita adalah benda-benda berharga milik Allah. Untuk menyatakan berbagai kemustikaan dan tujuan mulia-Nya, Dia juga sering melakukan satu pukulan yang tegas dan mantap ke atas diri kita. ”Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, akan meng¬hasilkan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2 Kor. 4:17).
Tuhan menghendaki murid-murid-Nya tepat. Ini tercatat dalam Markus 6:35-44. Ketika Tuhan ingin membagi-bagikan roti dan ikan kepada orang banyak, Ia menyuruh murid-murid me¬lihat dulu ada berapa roti dan ikan, supaya ada laporan yang tepat.
Seorang saudara berkata, ”Kita harus membina kebiasaan tepat di hadapan Allah. Jika kita adalah orang-orang yang tidak tepat, kita akan merugikan ketepatan Allah.”
3. TEPAT BERLAWANAN DENGAN SEMBARANGAN
a. Terlalu Banyak Orang yang Asal-asalan
Kita harus dikuduskan (Yoh. 17:19). Kudus harus terpisah dengan sekular (bersifat duniawi atau kebendaan), terang harus terpisah dengan gelap. Percaya dengan tidak percaya tidak da¬pat menanggung kuk yang sama, terang dan gelap tidak dapat ber-satu (2 Kor. 6:14-15), janganlah asal-asalan, jangan semba¬rangan.
b. Seperti Alat Ukur dan Tali Sipat, Tidak Sembarangan
Salah satu karakter utama ialah tepat, tidak sembarangan. Jika Anda pernah berlatih dalam hal ketepatan dan kecermat¬an, Anda baru tahu bahwa manusia umumnya tidak tepat, tidak cermat. Kadangkala orang-orang yang melayani dalam gere¬ja malah membuat urusan saudara saudari menjadi kacau, sebab mereka terlalu sembarangan. Sebagai contoh, ada sau¬dara atau saudari datang melaporkan satu perkara kepada Anda. Anda tidak mendengar dengan teliti, tetapi Anda meng¬anggap sudah mengerti; Anda tidak memahami perkara se¬sung¬guhnya dari laporannya. Karena itu, ketika Anda mena-nga¬¬ni per¬kara itu, Anda menanganinya asal jadi saja. Anda me¬ra¬sa itu sudah lumayan, padahal masih sangat tidak memadai.
Jika Anda teliti baik-baik, Anda baru tahu betapa manusia tidak tepat dan sangat sembarangan. Misalkan, masalah me¬nyam¬pai¬kan perkataan di antara saudara saudari. Anda sukar sekali mendapatkan orang yang bisa menyampaikan perkataan dengan tepat. Anda memberi tahu saya, saya memberi tahu dia, dan dia memberi tahu orang lain lagi, setelah perkataan itu sam¬pai kepada orang keempat, perkataan itu sudah berbeda dengan yang diucapkan orang pertama. Yang dikatakan orang kedua berselisih sedikit dengan orang pertama, dan yang dika¬ta¬kan orang ketiga sudah agak berlainan dengan orang kedua. Dan bila perkataan itu disampaikan kepada orang ke¬lima atau kede¬la¬pan, maka perkataan itu entah sudah berapa jauh selisih¬nya.
Kadangkala seorang saudara menyampaikan perkataan saudara lain, lalu timbul kesulitan dalam gereja. Kalau Anda ber¬u¬saha mencocokkan perkataan kedua orang itu, maka mere¬ka akan saling menuduh; yang satu akan berkata, ”Waktu itu ka¬mu berkata begitu kepadaku”; yang lain berkata, ”Tidak, aku ha¬nya berkata begini.” Akhirnya, Anda mendapati bahwa ke¬dua orang itu tidak berdusta, dan motivasi mereka sedikit pun tidak salah, persoalannya tidak lain karena kedua-duanya sem¬ba¬rangan; yang menyampaikan perkataan tidak tepat, yang me¬ne¬rima juga tidak teliti, sehingga timbullah masalah. Betapa seringnya kasus demikian terjadi dalam gereja!
Saudara Witness Lee pernah berkata, ”Saya selamanya tidak bisa lupa, pada tahun 1947, ketika saya tinggal di Shanghai. Pada suatu hari, ketika saya sedang duduk di ruang tamu, ti¬ba-tiba seorang saudari masuk dengan tergesa-gesa dan ber¬ka¬ta lantang, ’Saudara Lee, celaka, atap rumah ini pecah dan ber¬¬¬lu¬¬bang sebesar ini’ (ia berkata sambil membuat isyarat de¬ngan kedua tangannya). Karena teriakannya begitu keras, saya sem¬pat kaget karenanya. Saya bertanya, ’Lubang itu se¬be¬sar apa?’ Ia berkata, ’Sebesar ini.’ (Tanda yang ia buat de¬ngan isya¬rat lingkaran kedua tangannya menciut lebih kecil daripada yang ia buat pertama). Kemudian saya bertanya lagi, ’Se¬be¬sar apakah sebetulnya?’ ’Sebesar ini,’ jawabnya. Saya ber¬ta¬nya lagi, ’Sebesar apa?’ Ia menjawab, ’Kira-kira sebesar ini.’ Makin ditanya makin kecil. Semua orang yang ada di sana tertawa melihatnya. Setelah kami tinjau bersama, ternyata lu¬bang itu hanya sebesar kira-kira keping uang tembaga.”
Pada suatu hari, ada seorang saudara berkata kepada sa¬ya, ”Saudara Lee, saudara anu sakit, suhu badannya tinggi sekali.” Saya tanya, ”Berapa derajat tingginya?” ”Coba kuukur,” jawabnya. Setelah mengukur, ia berkata, ”37,5 derajat.” Tetapi ketika saya mengukurnya ulang, hanya 37,3 derajat. Lihatlah, mengukur suhu badan pun tidak tepat.
”Ketika saya masih berada di daratan China, adakalanya saya pergi ke suatu tempat untuk mengadakan sidang istimewa. Saya lalu bertanya kepada saudara pewajib di situ, balai sidang mereka dapat menampung berapa orang? Seorang pewajib ber¬kata, bisa menampung 250 orang, pewajib lainnya berkata bisa menampung kira-kira 450 orang, dan ada lagi yang lain berkata bahwa tempat duduk balai sidang itu hanya bisa menampung 220 orang. Mereka tidak bisa menjawab dengan angka yang te¬pat. Itu membuktikan bahwa mereka kekurangan karakter te¬pat.”
Kalau orang yang melayani tidak mempunyai karakter te¬pat, cepat atau lambat gereja akan rusak oleh mereka. Uru¬san apa saja dalam gereja, jika ditangani oleh orang-orang ya¬ng sembarangan, pasti akan timbul masalah yang merepotkan. Karena itu, baik dalam menyelesaikan atau menanggulangi uru¬san, menyampaikan perkataan atau merencanakan sesuatu, ha¬rus mempunyai karakter cermat, tegas, dan tepat. Bila seorang saudara mempersekutukan perkara rohani ke¬pa¬da Anda, janganlah Anda mendengar dengan sembarang¬an. Anda harus mendengar dengan teliti seperti seorang dokter. Dokter yang sembarangan tidak mustahil akan mengakibatkan ke¬ma¬tian kepada pasiennya. Orang yang melayani dalam gereja tidak boleh sembarangan dalam menangani masalah rohani sau¬dara saudari.
4. MEMBACA ATAU MENYAMPAIKAN FIRMAN ALLAH HARUS TEPAT
Alkitab adalah firman Allah, sebuah kitab yang paling tepat. Tuhan Yesus mengutip Alkitab juga sangat tepat; ayat-ayat, kalimat-kalimat, dan kata-kata yang dikutip-Nya tidak ada satu pun yang tidak tepat.
Alkitab ditulis oleh 40 orang lebih dalam jangka waktu sekitar 1.600 tahun. Namun, isinya sangat konsisten, tanpa sa¬ling bertentangan. Ini disebabkan setiap penulisnya menerima il¬ham dari Roh Kudus dan wahyu Allah. Andaikata ada satu pe¬nu¬lis di antaranya yang menuruti kemauannya sendiri, pasti akan ada kekeliruan dan ketidaktepatan, sehingga mustahil bisa konsisten tanpa saling bertentangan. Naskah asli Alkitab, ti¬ap kata, tiap kalimat, tiap iota adalah ilham Allah. Alkitab sen¬diri mengatakan bahwa firman Allah ”satu iota dan satu titik pun tidak akan ditiadakan” dan tak dapat ditambahkan. Satu iota atau titik dalam bahasa Ibrani adalah huruf dan tanda yang terkecil. Karena itu, setiap iota atau titik dari naskah asli Alki¬tab pastilah tepat dan akurat.
Karena sembarangan, maka pembacaan Alkitab keba¬nyak¬an orang tidak membuahkan wahyu yang sangat berharga. Misalkan ketinggalan satu kata, atau satu kalimat, atau kurang memperhatikan bentuk tunggal atau jamak, dan lain sebagai¬nya.
Dalam menyampaikan firman Allah juga sering terjadi ketidaktepatan. Misalkan dalam kasus Iblis menggoda Hawa. Ha¬wa tidak menyampaikan firman Allah dengan tepat. Allah ha¬nya berkata, ”Buah dari pohon itu tidak boleh dimakan,” ti¬dak berkata ”tidak boleh dijamah.” Jelas kalimat itu adalah Ha¬wa sendiri yang menambahkan, itu tidak tepat.
Anda boleh mencobanya. Misalnya Anda baca kitab Keja¬dian 1. Setelah Anda membacanya, silakan Anda mengata¬kan¬nya sekali lagi, pasti banyak yang tidak tepat, jika bukan kurang lengkap tentu ada yang ditambahkan. Sekarang banyak berita yang direkam dalam kaset. Setelah Anda mendengar, coba An¬da ulang mengatakannya dengan merekamnya juga, lalu kedua rekaman itu Anda bandingkan. Hasilnya pasti jauh ber¬beda, ti¬dak tepat sama. Mengapa? Tidak lain karena karakter manusia tidak tepat.
Namun firman Allah tidak dapat batal satu iota atau satu titik pun. Kita tidak boleh menambahkan atau mengurangi se¬su¬a¬tu dari firman Allah (Mat. 5:18; Why. 22:18-19). Karena itu, kita wajib melatih karakter tepat, membaca Alkitab harus te¬pat, menyampaikan firman Allah juga harus tepat, satu kata pun tidak keliru.
”Daily Telegraph” adalah satu surat kabar harian yang sa¬ngat terkenal di London, Inggris. Koran ini sangat terkenal ka¬rena tidak ditemukan satu huruf pun yang salah padanya, juga tidak ada satu pun bagian yang salah. Mengapa bisa sede¬mi¬¬kian cermat dan teliti? Kisahnya demikian: Tadinya, penang¬gung jawab harian tersebut sering menemukan kesalahan pada koran yang diterbitkan. Meskipun telah berkali-kali dikatakan bah¬wa jika ada orang menemukan kesalahan pada terbitannya, orang bersangkutan akan diberi hadiah; orang yang bertang¬gung jawab meneliti/mengedit akan diberi sanksi, atau bahkan bisa dipecat. Namun semua tindakan itu tidak manjur, tetap saja ada kesalahan. Suatu hari, tiba-tiba pimpinan harian ini men¬¬da¬¬patkan satu ide, ia mengumpulkan semua karyawannya, dan berkata kepada mereka, ”Saudara-saudara, kalian telah be¬gi¬tu berjerih lelah, sungguh patut dihargai. Namun, untuk me¬ning¬katkan mutu dan nilai koran kita, saya rasa, kita perlu se¬tiap hari menggunakan sejumlah kertas yang lebih baik, khusus men¬ce¬tak beberapa eksemplar, yang juga merupakan produk pertama dari berita hari itu, dan hasilnya kita berikan kepada raja untuk bacaannya. Kemudian diteruskan mencetak sisanya sebanyak seratus lima puluh ribu eksemplar. Saudara-saudara tentunya tahu, koran yang kita berikan untuk dilihat raja, sama sekali tidak bisa ada kesalahan.” Saat itu mereka semua berso¬rak dengan girang, ”Koran yang kita kirimkan untuk dilihat raja, tentunya sama sekali tidak boleh ada salahnya.” Sejak saat itu, se¬tiap karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka sangatlah ber¬nilai, mereka bekerja dengan sangat teliti dan serius. Demiki¬an¬lah Daily Telegraph menjadi sebuah harian yang tidak ada kesalahannya di Inggris.
Semua pelayanan kita sebagai orang Kristen adalah bagi Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuan, seharusnya¬lah lebih-lebih mendorong kita untuk setia kepada-Nya. Yang kita layani adalah Kristus Tuhan (Kol. 3:24 Tl.).
5. HARUS BERLATIH DALAM TUTUR KATA DAN TINGKAH LAKU
AGAR BERKARAKTER TEPAT;
SUDAH DIUKUR DENGAN TALI SIPAT ALLAH
Dalam berbicara, Tuhan Yesus selalu tepat. Ketika penya¬mun yang disalibkan itu mohon kepada Tuhan, agar Tuhan ingat kepadanya ketika Ia datang sebagai Raja, Tuhan menja¬wab¬nya, ”. . . hari ini juga engkau akan ada bersama-sama de¬ngan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:42-43). Tuhan hanya men¬¬jamin keselamatannya, tidak menjaminnya masuk ke da¬lam Kerajaan. Tepat sekali jawaban Tuhan. Waktu-waktu Tuhan Yesus pun sangat tepat. Kapan Ia pergi ke Yerusalem, kapan Ia disalibkan, kapan Ia melakukan suatu hal, semua terjadi tepat pada waktunya. Tuhan Yesus berkata, ”. . . Saat-Ku belum tiba” (Yoh. 2:4). Setiap perkara Ia lakukan seturut ketentuan Allah dan tepat pada saatnya. Yohanes 7:6 mencatat, ”Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.” Saat Ia pergi ke Yerusalem, tidak sembarangan, Ia selalu menerima pimpinan Allah Bapa, yakni tepat pada waktunya. Ketika di taman Get¬semani Tuhan berdoa tiga kali, ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekira¬nya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi ja¬ngan¬lah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:36-46). Ini berarti Tuhan bertanya kepada Allah Bapa, apakah sudah tiba saatnya untuk naik ke atas salib, apakah itu saatnya. Tutur kata Tuhan Yesus selalu te¬pat, tepat sasarannya, tepat pula saatnya. Seperti tertulis dalam Amsal 25:11, ”Perkataan yang diucapkan tepat pada wak¬tunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
a. Harus Hati-hati dalam Tutur Kata, Terkendali,
Ditimbang-timbang, Tidak sembarangan.
”Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mzm. 141:3). Tuhan menghendaki agar perkataan kita tepat, tidak tersangsikan (Mat. 18:16). Paulus menganjuri kita agar kita mengawasi ajaran kita, baik berkhotbah maupun me¬¬nafsirkan Alkitab harus tepat (1 Tim. 4:16) dan tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 Ptr. 1:20).
Harus menjadi teladan dalam perkataan (1 Tim. 4:12). Tutur kata seseorang mewakili orang itu sendiri. ”Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati . . .” (Mat. 12:34-35). Tanda penguasaan diri tertampak pada tutur kata. ”Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; siapa tidak bersalah dalam perkata¬annya, ia orang yang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yak. 3:2). Sejauh mana seseorang berhasil mengendalikan dirinya, tergantung pada sejauh mana ia berha¬sil mengendalikan tutur katanya. ”Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertang¬gung-jawabkannya pada hari penghakiman” (Mat. 12:36).
”Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas” (Ef. 5:4).
”Jangan bercabang lidah . . . jangan pemfitnah” (1 Tim. 3:8-11); ”tidak boleh bertengkar” (2 Tim. 2:24); tidak meng¬ucapkan ”omongan yang sia-sia” (1 Tim. 1:6). Seperti Tuhan Yesus, ”Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan” (Mat. 12:19). Tuhan tidak berbicara sembarangan.
”. . . Janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru” (Yak. 3:1). Jangan suka menjadi penasihat, banyak opini, banyak mulut.
”Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu” (Mzm. 120:2).
b. Harus Tepat Waktu
Tepat waktu baru bisa menebus waktu (Ef. 5:16). Bila tidak tepat waktu, maka waktu akan terhilang. Misalkan waktu bersidang adalah pukul 18.30. Datanglah tepat pada waktunya, jika tidak, Anda akan kehilangan waktu dan kesempatan.
Seorang saudara berkata, ”Maafkan saya berkata kepada kalian. Kalian banyak membaca buku-buku Saudara Watchman Nee tanpa nampak manusianya. Saya khawatir andaikata ka¬lian tinggal bersamanya sejangka waktu, kalian akan tidak ta¬han, sebab ia sangat pandai dalam menanggulangi orang. Pertama kali saya datang ke Shanghai, saya tinggal bersama beberapa saudara di atas loteng. Pada hari Minggu pagi, para saudara biasanya baru turun ke balai sidang setelah sidang dimulai, yaitu setelah semua menyanyikan kidung yang per¬ta¬ma. Akhirnya keadaan tersebut diketahui oleh Saudara Watch¬man Nee. Ia tidak langsung menegur mereka, tetapi pada si¬dang Minggu berikutnya, ketika ia sendiri yang memimpin si¬dang, mendadak ia berdiri mengumumkan dengan lantang, ’Waktu kita mulai menyanyikan kidung pertama, semua yang ada di lantai atas dan bawah dilarang bergerak!’ Sejak keja¬dian itu, kami yang tinggal di loteng senantiasa melihat jam dan cepat-cepat turun bila waktu sidang segera dimulai.” Cara Saudara Watchman Nee itu sangat memberi faedah kepada kita. Bagaimanapun kita harus belajar tepat waktu.
6. HARUS TEPAT PADA SASARAN
a. Tepat Terarah kepada Kristus
Kristus adalah sasaran kita, maka kita harus mengarah tepat kepada Kristus (Flp.3:14; 1 Kor. 9:26). Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol. 3:11). Karena itu, segala-galanya harus tertuju kepada Kristus, berbicara adalah Kristus, bertingkah laku adalah Kristus, beribadah, bekerja, dan melayani, semua adalah Kristus. Kita harus melepaskan se¬mua¬nya dan menganggapnya sampah oleh karena Dia (Flp. 1:20-21; 3:8).
b. Tepat Terarah kepada Kerajaan
Pahala Kerajaan juga adalah sasaran kita (Flp. 3:14-15). Untuk itulah kita berjerih lelah dan berjuang (1 Tim. 4:8-10). Dalam satu bait dari kidung kita dikatakan, ”Maju terus maju, sampai ke surga / . . . / tamatkan jalanmu, terus majulah / bersandar t’naga-Nya, masuk K’rajaan.”
Pada bulan Mei 1937, dalam suatu sidang pengkajian Alkitab di Shanghai, Saudara Watchman Nee membahas masalah ”Keselamatan Allah” dan ”Masuk Kerajaan”. Ajaran kebenaran masuk Kerajaan ini adalah ajaran Perjanjian Baru yang tepat. Bukan setiap orang beriman bisa masuk Kerajaan Seribu Tahun untuk meraja bersama dengan Tuhan, hanya para pemenang yang bisa. Dengan kata lain, masalah meraja ber¬sa¬ma Tuhan Yesus pada zaman yang akan datang adalah se¬macam pahala bagi kaum beriman yang menang; itu bukan yang dapat dinikmati oleh setiap orang Kristen. Kemudian Sau¬dara Witness Lee di Taiwan juga memberitakan serangkaian berita tentang Kerajaan. Saudara Nee berkata bahwa perkara yang terpenting bagi orang dosa ialah beroleh selamat, sedang bagi setiap orang beriman ialah beroleh pahala.
c. Tepat Terarah kepada Ekonomi Allah
Ajaran sehat ialah ajaran dari wahyu rasul, yakni ajaran ten¬tang ekonomi Allah. Ini wajib menjadi sasaran kita. Jangan sekali-kali kita menyimpang darinya.
LYD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar