Sabtu, 30 Oktober 2010

LAPANG

”Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut.”
1 Raja-raja 4:29

”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil.”
1 Petrus 2:23


Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya - 60011



LAPANG

1. LAPANG ITU HIKMAT

Orang yang sudah memiliki keempat karakter yang terdahulu — Benar, Tepat, Ketat, Rajin — mudah menjadi kerdil, karena itu ia harus berlatih untuk menjadi lapang. ”Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal (hati) yang luas (lapang) seperti dataran pasir di tepi laut” (1 Raj. 4:29). Orang yang berkarakter kerdil adalah orang bodoh, sedang orang yang berkarakter lapang adalah orang hikmat atau bijak. Orang yang berhati lapang akan dipakai Allah secara maksimal, dan ia akan memperoleh banyak kekayaan rohani. Inilah hikmat.

2. ORANG YANG LAPANG BISA MELAKUKAN PERKARA BESAR

Karakter benar, tepat, ketat, dan rajin adalah terhadap diri sendiri, sedang lapang adalah terhadap orang lain. Orang yang lapang dada terhadap orang lain, pasti mudah beroleh terang besar dalam membaca Alkitab. Tetapi orang kerdil hanya beroleh sesuatu yang kerdil pula. Orang yang lapang bisa mengerjakan perkara besar, namun orang yang kerdil malah membuat perkara besar menjadi kecil.
Karena Allah memberikan kepada Salomo akal (hati) yang luas (lapang), maka ia bisa melayani Allah, memerintah rakyat kerajaan Israel yang banyak, menguasai raja-raja sebelah barat sungai, menyelesaikan pembangunan bait kudus yang sangat besar, yang ketika pentahbisannya, sekali mempersembahkan kurban, menghabiskan ratusan ribu ekor kambing dan lembu (1 Raj. 3:9, 4:29, 8:62-64). Melayani Tuhan, membangun gereja adalah perkara yang terbesar dalam dunia, maka hanya orang yang berjiwa besar yang sanggup melakukannya. Kalau tidak, pekerjaan Allah tidak akan berkembang.
Paulus adalah seorang yang berhati lapang. Dalam Filipi 1:15-18 dikatakan, ”Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, . . . sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.” Namun ia tetap bersukacita, karena bagaimanapun Kristus diberitakan. Orang-orang Korintus berhati sempit terhadap Paulus, tetapi hati Paulus terbuka lebar-lebar terhadap mereka (2 Kor. 6:11). Ia menganggap penghakiman orang terhadap dirinya sebagai perkara yang tak berarti (1 Kor. 4:3). Hati Paulus lapang, karena itu, ia bisa melakukan pekerjaan yang besar. Ia bisa membangun banyak gereja lokal, bisa membina banyak orang beriman, dan bisa menulis wahyu yang begitu tinggi dan besar.
Untuk menggembalakan gereja, kita perlu hati yang lapang. Seorang saudara berkata, ”Baik dalam mengkaji kebenaran, menuntut kerohanian, bergaul dengan saudara saudari, menilai orang, dan menangani perkara, semua harus belajar lapang hati.” Bila Anda menjamah perkara gereja dan perkara-perkara rohani, Anda harus belajar melapangkan hati Anda. Harus selalu melapangkan hati. Hanya hati yang lapang yang bisa membereskan banyak masalah.
Di antara tahun 1936 hingga 1937, selama satu dua tahun, saya sering melayani di sebuah gereja lokal di daerah Utara. Kaum saleh di sana sangat mengasihi Tuhan, tetapi anehnya, di sana selalu timbul masalah. Dan yang terlibat masalah bukan saudara saudari biasa, melainkan beberapa saudara pewajib. Setiap kali selesai menyampaikan berita, saya selalu mengumpulkan mereka untuk bersekutu dan berdoa, dan menyelesaikan masalah di antara mereka. Tetapi tak lama setelah saya meninggalkan mereka, masalah mereka timbul lagi. Kalau diperhatikan dengan cermat, ternyata penyebab permasalahan mereka sama sekali bukan karena mereka tidak mengasihi Tuhan; mereka semua sangat mengasihi Tuhan, tetapi mereka masing-masing mempunyai penyakit yang sama, yaitu berhati sempit, bahkan dalam perkara kecil pun mereka tidak mau saling mengalah. Misalnya, ketika balai sidang perlu membuat sebuah pintu, ada yang mengatakan harus selebar 120 cm, ada yang berkata cukup 100 cm, dan ada yang berkata, 90 cm sudah memadai. Karena saling tidak mau mengalah, maka terjadi pertengkaran yang menimbulkan masalah.
Coba Anda pikir, bagaimana cara kita membereskan masalah di antara mereka? Asalkan mereka mau melapangkan hati mereka, masalahnya pasti akan beres. Mengelola gereja harus melapangkan hati, kalau tidak, akan timbul banyak masalah. Hati Anda harus lapang, tidak saja dapat diisi kepalan tangan, bahkan dapat diisi seluruh bola bumi.


3. HATI YANG LAPANG MAMPU MENAMPUNG

Orang yang kerdil tidak bisa menahan tentangan orang lain, ia segera membalasnya. Namun orang yang lapang dada bisa menelan segalanya.
Pada suatu kali, murid-murid ingin menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria, sebab orang-orang Samaria tidak menerima Tuhan. Tuhan berkata bahwa mereka tidak tahu bagaimana roh mereka (Luk. 9:51-56). Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sempit, karena itu mereka ingin membalas. Tuhan lalu berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan. Bukan membalas dendam dengan membinasakan, melainkan menyelamatkan. Tuhan melatih mereka supaya berlapang dada. Semua orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan adalah orang kerdil. Karena itu Alkitab mengatakan, ”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” (Rm. 12:17). Paulus berkata, “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah” (1 Kor. 4:12-13). Inilah tanda hati yang lapang.
Tuhan pun berhati lapang. Ketika Ia disalibkan, Ia berdoa bagi orang yang menyalibkan-Nya, ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).
Demikian pula Madame Guyon, tidak dendam dan benci kepada orang-orang yang menganiayanya, tetapi mengasihi mereka dan berdoa bagi mereka.
Bisa memaafkan orang lain dan bisa memberkati orang yang mengutuk Anda, itu adalah masalah lapang hati. Hati Anda harus lapang sedemikian rupa sehingga begitu orang yang bersalah kepada Anda mengakui kesalahannya, Anda bisa memaafkannya. Walau seseorang menganiaya dan mencelakakan Anda, Anda tetap dapat mengasihinya, dan walaupun ia memusuhi Anda, Anda tetap bisa membiarkannya. Ini adalah masalah lapang hati.
Orang kerdil enggan memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalau orang berhutang seratus dinar kepadanya, ia lalu menangkap dan mencekik lehernya (Mat. 18:28-30). Kalaupun ia mengampuni, paling banyak hanya tujuh kali (Mat. 18:21). Orang yang lapang hati tidak menyimpan kesalahan orang lain dan tidak pemarah (1 Kor. 13:5). Walau orang berhutang puluhan ribu dinar kepadanya, ia tetap dapat mengampuni, ia bisa mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali; ia bisa menutupi segala sesuatu (1 Kor. 13:7).
Saudara Watchman Nee adalah seorang yang sangat lapang. Entah berapa kali ia dirongrong dan dimusuhi orang selama hidupnya, namun ia bisa memaafkan dan tidak menyimpan kesalahan orang. Pernah karena pabrik farmasi Shen Hua, ia ditentang, dikritik, difitnah, bahkan dicaci maki langsung oleh orang banyak. Tetapi ketika ia memulihkan ministrinya, ia bisa memaafkan mereka yang minta maaf kepadanya maupun yang tidak. Pada waktu Saudara Watchman Nee mengusahakan pabrik obat itu, ada seorang rekan sekerja yang bernama Tzang Yu Tse menentang paling hebat. Namun setelah Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, Saudara Tzang menyadari kesalahannya, dan minta maaf kepadanya. Saudara Watchman Nee dengan lapang hati memaafkannya, bahkan menganggap kesalahan itu tidak pernah terjadi; ia tetap bekerja sama dengannya. Pada tahun-tahun terakhir di Shanghai, Saudara Tzang malahan menjadi seorang rekan sekerja yang paling baik, dan pada akhirnya mati sahid seperti halnya Saudara Watchman Nee.
Ada seorang lagi, yaitu Saudari Lee Yuan Ru, yang juga tidak menyenangi Saudara Watchman Nee karena pabrik obat Shen Hua tersebut. Saudari ini sampai-sampai tawar hati, meninggalkan Shanghai, menetap di Suchow, dan putus hubungan beberapa tahun lamanya dengannya. Tetapi ketika Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, pelayanan bidang literatur tetap dipercayakan kepada Saudari Lee. Saudara Watchman Nee sangat lapang dada, ia bisa merangkum orang yang tidak sependapat, bahkan yang menentangnya. Allahlah yang membuatnya menjadi orang yang lapang dada, karena itu ia bisa mempunyai begitu banyak rekan sekerja dan bisa memimpin begitu banyak anak Allah.
Martin Luther berkata, ”Hatiku terlalu lapang, terlalu sukacita, sehingga aku tidak mungkin bermusuhan dengan orang lain.” Spurgeon sering berkata kepada para penginjil, “Kalian wajib memiliki sebuah hati yang lapang, selapang bandar samudra Plymouth. Sebab berhasil tidaknya kalian mendapatkan jiwa bagi Kristus, tergantung pada ada tidaknya hati yang lapang dalam kalian.”

4. LAPANG BERARTI TIDAK EGOIS, TIDAK KIKIR

Orang yang kerdil pasti egois, juga kikir. Orang kerdil hanya menuntut keuntungan dirinya sendiri. Hati kita harus lapang, ”Bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak” (1 Kor. 10:33). ”Jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Rm. 15:1-2). Dan ”Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4).
Seorang saudara berkata, ”Kita wajib memiliki hati yang lapang, yang dapat merangkum semua anak-anak Allah, dan menganggap urusan mereka seperti urusan kita sendiri.”
Orang yang hanya mengasihi dirinya sendiri, ia adalah orang kerdil, demikian pula orang yang hanya mengasihi sekelompok orang dalam lingkungan tertentu. Setiap pelayan Allah wajib berhati lapang, sehingga semua orang bisa dirangkum dalam ribaannya; sebab Allah itu besar, setiap manusia terangkum dalam ribaan-Nya.
Paulus adalah orang yang lapang dada; orang yang makan daging, orang yang tidak makan daging, orang yang memelihara hari-hari raya, atau yang tidak memelihara hari raya, orang yang teguh, atau orang yang lemah, semua terangkum dalam dadanya. Ia berkata, ”Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya” (1 Kor. 9:22). Ia dapat merangkum orang macam apa pun.
Orang yang egois pasti juga kikir, merasa sayang untuk memberikan sesuatu kepada orang lain; kalaupun memberi, juga dengan takaran kecil. Ada orang yang berjiwa kerdil seperti takaran kecil yang digunakannya itu.
Orang yang lapang dada adalah orang yang suka memberi, ia mudah memberi, dan memberi dengan takaran besar. Kalau Allah memberi, Ia memberi dengan ”takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan yang dicurahkan ke dalam pangkuanmu” (Luk. 6:38). Dan Allah akan ”membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10).
Allah menyuruh kita lapang, tetapi Iblis menyuruh kita sempit. Yang paling bisa melapangkan hati manusia ialah mengeluarkan uang. Hari ini, di dunia ada ”dua Allah”: yang satu ialah Mamon, dan yang satu lagi ialah Allah yang sejati. Jika kita tidak mengasihi Allah, kita mengasihi Mamon. Ketika seseorang mengasihi Allah, baru hatinya bisa diperluas. Ada seorang beriman di antara kita. Tadinya ia mengikuti kebaktian di tempat tertentu selama 20 tahun, dan tidak pernah menganggukkan kepalanya kepada siapa pun. Suatu hari, ia mempersembahkan uangnya, dan sejak itu ia berubah. Dulu saya paling takut membuat laporan tentang persembahan uang kepada orang, tetapi sekarang tidak lagi. Saya nampak bahwa ini adalah satu jalan agar orang menerima kasih karunia. Orang yang makin rela mempersembahkan uangnya, ia akan semakin dipenuhi oleh kasih karunia.


5. ORANG KERDIL SEDIKIT PUN TIDAK MAU DIRUGIKAN

Orang kerdil selalu menghitung untung rugi. Kalau dilukai atau dirugikan sedikit saja, segera tidak terima, menggerutu, bahkan marah-marah. Sebaliknya, memberikan kebaikan sedikit saja kepada orang lain, mengira sangat banyak, sangat berjasa; menolong orang sedikit saja, menganggap kebajikannya luar biasa. Itulah ciri-ciri orang kerdil.
Saudara Chang berkata, ”Pada tahun 1949, Saudara Watchman Nee pernah datang ke Taiwan sebentar. Ia tinggal di rumah saya. Dalam kesempatan itu, saya mempunyai sedikit persekutuan dengannya. Saudara Nee mempunyai pandangan bahwa pulau itu kelak pasti bisa mengalami perkembangan yang baik. Ketika itu ada seorang saudara dari Taiwan datang ke Shanghai menemui Saudara Nee. Saudara Nee menyerahkan kepadanya uang sebanyak enam puluh ribu dollar Amerika untuk membeli sebidang tanah di Taiwan guna membangun balai sidang, dan memperluas pekerjaan Tuhan di pulau tersebut. Tetapi tidak disangka, setelah saudara itu kembali ke Taiwan, hatinya tergoda oleh uang, sehingga uang tadi dihabiskannya. Tanah tidak dibeli, uang pun lenyap tanpa bekas. Ketika Saudara Nee datang ke Taiwan dan mencari dia, tidak saja uangnya tidak dikembalikan, malahan ia meminta uang lagi kepada Saudara Nee. Tetapi hal itu dibiarkan begitu saja oleh Saudara Nee.”
Ketika Saudara Nee tinggal di rumah saya, ia bersekutu dengan saya dan empat pewajib gereja lainnya. Kami berkata, ”Saudara Nee, Anda tahu, kami datang ke sini merintis pekerjaan dengan susah payah, saudara saudari hanya ada beberapa puluh orang. Anda malah membiarkan uang sebanyak itu ditelan saudara itu, tidak merasa sayang.” Saudara Nee lalu mengatakan, ”Uang adalah benda yang paling hina dalam dunia. Siapa yang menyukainya, berikanlah kepadanya.” Ia berkata lagi, ”Dulu Tuhan Yesus menyerahkan kantong uang-Nya kepada Yudas, supaya Yudas yang mengurusnya. Padahal Tuhan tahu ia adalah seorang pencuri. Kita tidak mungkin menyuruh pencuri menjadi kasir atau bendahara kita, tetapi Tuhan Yesus menyuruh Yudas mengurus uang-Nya”. Saudara Nee meneruskan, ”Banyak orang mengira saya tidak mengerti soal pembukuan, padahal saya bukan tidak mengerti, melainkan saya tidak mau membuat perhitungan.”


6. ORANG YANG KERDIL PASTI SUBYEKTIF

Orang yang subyektif, senang orang lain menurut perkataannya; mengira caranya paling baik, jalannya paling tepat, dan semua orang wajib menempuh jalannya. Ia tidak tahan melihat orang yang berbeda dengan dirinya. Ketahuilah, orang yang paling kerdil dalam dunia adalah orang yang subyektif. Hanya orang yang lapang dada baru bisa menaruh kesabaran terhadap orang yang berbeda dengannya. Ada orang memberitakan Kristus dengan maksud baik, untuk mereka Paulus bersyukur kepada Allah; tetapi ada juga yang memberitakan Kristus karena dengki, untuk mereka pun Paulus tetap bersyukur kepada Allah, sebab bagaimanapun Kristus telah diberitakan (Flp. 1:15-18). Itulah kelapangan hati Paulus.
Orang kerdil menganggap opininya paling unggul, sehingga ia tidak mudah menerima pendapat orang lain. Tetapi orang yang lapang dada mudah menerima pendapat orang lain.
Ada seorang rekan sekerja berkata, ketika ia berkontak dengan saudara Watchman Nee, ia sangat terkesan bahwa Saudara Watchman Nee mudah sekali menerima persekutuan. Sering kali ia mengutarakan perasaan atau pendapatnya, dan Saudara Watchman Nee menanggapi dengan suatu pertimbangan; tidak saja dipertimbangkan, bahkan diterima. Menurut pandangan umum, sungguh tidak mudah menerima persekutuan orang lain, sebab ia dalam berbagai aspek lebih unggul daripada orang lain, lagi pula ia sangat berpengalaman. Namun ia tidak subyektif. Dalam memandang suatu perkara, ia selalu obyektif, mau menerima persekutuan orang lain.

7. ORANG YANG KERDIL MUDAH PUAS DIRI

Memiliki sesuatu sedikit saja sudah merasa luar biasa, itulah ciri-ciri orang yang kerdil. Sebuah cangkir yang kecil dituangi air sedikit saja sudah penuh. Seorang anak kecil memiliki uang sedikit saja, sudah mengira dirinya paling kaya di seluruh dunia. Orang yang mempunyai sedikit karunia, tetapi mengira dirinya hebat dan rohani, adalah orang yang kerdil. Orang kerdil puas dengan keberhasilannya yang sedikit, dan menjadikan hal itu sebagai kebanggaannya.
Kesombongan memang pernyataan dari kebodohan, tetapi itu berasal dari kekerdilan. Hati orang kerdil mudah menjadi sombong; orang yang berhati lapang tidak mudah sombong. Misalnya, pada suatu hari Anda menyampaikan suatu pemberitaan dengan baik, Anda lalu merasa bangga. Ini menyatakan bahwa Anda kerdil. Jika Anda lapang hati, jangankan membawakan berita satu kali dengan baik, membawakan ribuan berita dengan baik pun, Anda tidak akan merasa apa-apa. Semua kebodohan hanya membuktikan bahwa hati orang itu sempit. Semua kesombongan adalah bukti kekerdilan orang itu.
Kadangkala ada orang memuji Anda, ”Anda sungguh hebat, bisa melayani Tuhan!” Ketika Anda mendengar perkataan ini, Anda seperti kerub yang bersayap enam, langsung terbang ke langit. Mungkin mulut Anda berkata, ”Ah, tidak. Itu adalah belas kasihan Tuhan.” Namun Anda gembira dalam batin. Kita semua boleh jadi adalah orang-orang sedemikian. Dipuji sedikit saja sudah membubung ke langit; sebaliknya, direndahkan sedikit saja, seolah telah turun ke neraka. Orang yang tidak tahan dipuji atau direndahkan, adalah orang yang kerdil. Orang yang lapang hati tidak terpengaruh, baik dipuji maupun direndahkan.
Ketika Daud membunuh Goliat, perempuan-perempuan Israel menari-nari sambil menyanyi, ”Saul membunuh beriburibu, tetapi Daud membunuh berlaksa-laksa.” Mendengar ini Saul tidak senang bahkan marah, katanya, ”Sepuluh ribu untuk Daud, seribu untuk aku, hanya takhta kerajaan saja yang tidak untuk dia.” Sebaliknya Daud berhati lapang, ia sama sekali tidak terjamah oleh pujian itu.
Orang yang lapang, meskipun telah melakukan perkara yang besar, ia hanya berkata, ”Kami hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk. 17:10). Ia tidak membanggakan dirinya sendiri.
Orang yang lapang akan berkata seperti Paulus, ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna” (Flp. 3:12). Orang yang lapang pasti adalah ”Orang yang miskin di dalam roh” (Mat. 5:3 Tl.; Luk. 6:20).

8. ORANG YANG KERDIL SULIT BERKOORDINASI DENGAN ORANG LAIN

Takaran atau kapasitas orang yang kerdil sangat kecil. Ia sering menaruh curiga dan iri hati, sukar berkoordinasi dengan orang lain. Karena itu, ketika Paulus membahas masalah koordinasi, ia menghendaki kita belajar tidak saja tidak iri hati, juga ”jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (1 Kor. 12:26).
Jika Anda tidak bisa berkoordinasi dengan orang lain di dalam gereja, itu membuktikan bahwa Anda adalah orang yang kerdil. Anda harus berlapang dada sedemikian rupa sehingga dapat berkoordinasi dengan siapa saja; sekalipun dengan orang yang bersifat daging dan aneh perangainya. Saudara atau saudari mana yang tidak memiliki kedagingan atau keanehan? Ada yang agak lumayan, ada juga yang keterlaluan. Dalam gereja lokal, di mana pun, hampir pasti ada satu atau dua saudara atau saudari yang aneh. Karena itu kita harus melapangkan dada, baru dapat merangkul mereka, berkoordinasi bersama.

9. KRISTUS ITU LAPANG

”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam” (1 Ptr. 2:23). Inilah lapang. Ia memaafkan orang tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18:21-22). Ini juga pernyataan lapang. Ketika di salib, Ia bisa berdoa untuk orang-orang yang menyalibkan-Nya, agar diampuni Bapa (Luk. 23:34). Inilah bukti lapang dada. Ia sudah tahu bahwa Yudas sering mencuri uang, tetapi Ia tetap menyerahkan tugas keuangan kepadanya. Ini pun lapang.
Kristus itu lapang; yakni panjang, lebar, tinggi, dan dalam. Jika kita membiarkan Kristus berumah di dalam hati kita dan menjadikan Dia persona kita, kita pasti akan menjadi orang yang lapang (Ef. 3:17-18).

10. SEMUA KEADAAN DAN PERISTIWA BEKERJA
UNTUK MELAPANGKAN KITA

Jangan karena sedikit kesulitan saja, kita sudah tidak tahan; jangan karena satu kalimat, satu tatapan atau air muka yang masam, kita sudah luka; dan jangan dirugikan sedikit saja, kita sudah gusar. Ketahuilah, semua perkara yang menyakitkan kita justru akan membuat kita luas dan lapang. Bila orang menampar pipi kanan kita, berikanlah pipi kiri kita juga; bila orang mengambil baju Anda, berikanlah juga jubah Anda kepadanya; dan bila ada orang yang memaksa Anda berjalan satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil (Mat. 5:39-41). Jika demikian, Anda pasti menjadi orang yang lapang.
Semua hal yang secara tidak adil dilakukan orang terhadap Anda, adalah untuk melapangkan Anda. Kalau sehelai baju diambil orang, sudah membuat Anda marah-marah dan kehilangan martabat orang beriman, itu membuktikan bahwa Anda kerdil. Kalau kita bisa bereaksi dengan hayat yang Allah karuniakan di batin kita, menerima dan menaati setiap pengaturan-Nya dalam lingkungan sekeliling kita, dalam setiap peristiwa yang kita alami, niscaya kita makin hari akan makin dilapangkan. Tuhan akan mempercayakan sesuatu kepada kita, agar kita mengekspresikan kasih karunia dan kelapangan-Nya. Jika tidak, itu adalah satu kerugian yang sangat besar.

11. LAPANG BUKAN BERARTI KASAR, GAMPANGAN, ACUH TAK ACUH

Lapang bukan berarti kasar, gampangan, acuh tak acuh, melainkan berjiwa besar, berpandangan jauh, memiliki hati Kristus dan wawasan Allah (1 Kor. 2:15-16; Flp. 2:5; 1 Yoh. 4:4).
LYD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar