”Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”
Yesaya 40:12
”Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
Amsal 25:11
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya – 60011
T E P A T
1. TEPAT BERARTI TANGGUH
Karakter benar menghasilkan kemantapan, sedang karak¬ter tepat menghasilkan ketangguhan atau keperkasaan. Semakin benar dan tepat karakter seseorang, ia akan semakin mantap, tangguh, bagaikan sebatang kayu besi yang padat dan kuat.
2. ALLAH ADALAH TEPAT
Yesaya 40:12 mengatakan bahwa Allah menakar air laut dengan lekuk tangan-Nya, dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca. Jadi segala sesuatu yang diciptakan Allah telah melalui proses pena¬karan, pengukuran, penimbangan, dan peneracaan yang tepat.
Para ilmuwan membuktikan bahwa volume air di bumi tepat sesuai dengan keperluan kita, tidak lebih pun tidak kurang. Andaikata air laut lebih dalam 9 kaki (2,736 m) dari yang ada sekarang, maka karbon dioksida (CO2) dan nitrogen (N2) di bu¬mi akan habis terhisap air laut, dan itu akan mengancam ke¬hidupan manusia, binatang maupun tetumbuhan. Sebalik¬nya, andaikata volume air laut lebih sedikit daripada yang ada sekarang, maka itu akan mempengaruhi siklus air. Kalau per¬ban¬ding¬an permukaan laut dengan bumi tidak 30% gunung, 60% laut, dan 10% ladang, maka volume penguapan akan men¬jadi ter¬lam¬pau kecil, sehingga air hujan tidak mencukupi, dan lahan sa¬wah akan kekeringan dan tanaman di sawah akan mati. Te¬ta¬pi Allah telah menakar semuanya itu dengan tepat, se¬suai de¬ngan kebutuhan siklus.
Ketinggian langit kurang lebih 92 juta mil (148,028 juta km), juga membuktikan Allah adalah Allah yang tepat. Andai¬kata direndahkan beberapa mil, keadaan itu akan mempersulit pernafasan manusia, dan kalau dipertinggi, itu akan menggang¬gu kehidupan kita. Kalau jarak antara bumi dengan matahari terlalu dekat, segala benda akan hangus terbakar. Jika terlalu jauh, semua makhluk akan mati beku. Tetapi karena telah diu¬kur dengan tepat oleh Allah, maka semua bisa sesuai dengan ke¬per¬luan hidup kita.
Bumi beredar sekali setiap hari, sangat tepat, tanpa berse¬lisih semenit pun. Malapetaka besar akan terjadi bila bumi ber¬e¬dar lebih cepat atau lebih lambat.
Beredarnya tiap-tiap planet pun tepat pada orbitnya masing-masing. Jika tidak, akan bertabrakan dan hancur. Dan ka¬re¬na semuanya beredar dengan teratur dan tepat, maka para as¬tronom bisa meramal tahun, bulan, hari, bahkan jam dan me¬nit terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Tuhan pun sangat tepat terhadap umat-Nya. Dalam Amos 7:8 dikatakan, ”Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali si¬pat di tengah-tengah umat-Ku Israel.” Zakharia 2:1-2 menga¬takan, ”Aku melayangkan mataku dan melihat: tampak seorang yang memegang tali pengukur. Lalu aku bertanya: ’Ke manakah eng¬¬kau ini pergi?’ Maka ia menjawab aku: ’Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya.’” Perlakuan Allah terhadap umat-Nya adalah tepat, sebab telah diukur dengan tali pengukur-Nya.
Setiap perkara yang menimpa diri kita bukan kebetulan, melainkan sebelumnya sudah diatur oleh Allah, dan terjadi me¬nu¬rut rencana-Nya. Tidak ada satu perkara yang terlampau lam¬¬bat atau terlampau cepat. Segalanya terjadi tepat pada wak¬tunya. Jadi, perlakuan-Nya terhadap kita sebelumnya su¬dah melalui pertimbangan, perencanaan, dan pengaturan yang seksama.
Banyak tahun yang lalu, di suatu area pertambangan di Afrika ditemukan sebuah batu permata yang sepanjang sejarah belum pernah ada. Batu permata itu kemudian dipersembah¬kan kepada ratu Inggris, guna dipasang sebagai perhiasan per¬ma¬ta di mahkotanya. Ratu Inggris menyerahkan permata itu ke¬pa¬da seorang ahli permata yang paling terkenal di Amsterdam, dan memintanya untuk mengasah baginya. Ahli permata ini meng¬ambil permata yang sangat berharga itu, kemudian sela¬ma beberapa minggu mempelajari dan menelaah karakteristik ba¬tu permata itu; dengan teliti menyelidiki sifat-sifatnya, kadar kekerasannya, guratan-guratan di dalamnya. Akhirnya sampai¬lah pada pengambilan keputusan; ia mengambil pahat, digu¬rat¬nya sebuah tanda, dan dengan mantap dipukullah batu per¬ma¬ta itu. Sekejap mata, sebuah permata yang tidak ada duanya di dunia ini telah terbelah menjadi dua. Coba katakan, apa¬kah se¬kali pukulan itu salah? Tidak! Itulah satu demonstrasi yang pa¬ling hebat dari seorang ahli permata. Dan pukulan kali itu justru men¬jadikan batu permata itu menjadi dua batu per¬ma¬ta yang paling cemerlang dan berkilauan di dunia ini. Bagi batu perma¬ta itu, satu pukulan itu justru adalah satu penyela¬matan. Kita adalah benda-benda berharga milik Allah. Untuk menyatakan berbagai kemustikaan dan tujuan mulia-Nya, Dia juga sering melakukan satu pukulan yang tegas dan mantap ke atas diri kita. ”Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, akan meng¬hasilkan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2 Kor. 4:17).
Tuhan menghendaki murid-murid-Nya tepat. Ini tercatat dalam Markus 6:35-44. Ketika Tuhan ingin membagi-bagikan roti dan ikan kepada orang banyak, Ia menyuruh murid-murid me¬lihat dulu ada berapa roti dan ikan, supaya ada laporan yang tepat.
Seorang saudara berkata, ”Kita harus membina kebiasaan tepat di hadapan Allah. Jika kita adalah orang-orang yang tidak tepat, kita akan merugikan ketepatan Allah.”
3. TEPAT BERLAWANAN DENGAN SEMBARANGAN
a. Terlalu Banyak Orang yang Asal-asalan
Kita harus dikuduskan (Yoh. 17:19). Kudus harus terpisah dengan sekular (bersifat duniawi atau kebendaan), terang harus terpisah dengan gelap. Percaya dengan tidak percaya tidak da¬pat menanggung kuk yang sama, terang dan gelap tidak dapat ber-satu (2 Kor. 6:14-15), janganlah asal-asalan, jangan semba¬rangan.
b. Seperti Alat Ukur dan Tali Sipat, Tidak Sembarangan
Salah satu karakter utama ialah tepat, tidak sembarangan. Jika Anda pernah berlatih dalam hal ketepatan dan kecermat¬an, Anda baru tahu bahwa manusia umumnya tidak tepat, tidak cermat. Kadangkala orang-orang yang melayani dalam gere¬ja malah membuat urusan saudara saudari menjadi kacau, sebab mereka terlalu sembarangan. Sebagai contoh, ada sau¬dara atau saudari datang melaporkan satu perkara kepada Anda. Anda tidak mendengar dengan teliti, tetapi Anda meng¬anggap sudah mengerti; Anda tidak memahami perkara se¬sung¬guhnya dari laporannya. Karena itu, ketika Anda mena-nga¬¬ni per¬kara itu, Anda menanganinya asal jadi saja. Anda me¬ra¬sa itu sudah lumayan, padahal masih sangat tidak memadai.
Jika Anda teliti baik-baik, Anda baru tahu betapa manusia tidak tepat dan sangat sembarangan. Misalkan, masalah me¬nyam¬pai¬kan perkataan di antara saudara saudari. Anda sukar sekali mendapatkan orang yang bisa menyampaikan perkataan dengan tepat. Anda memberi tahu saya, saya memberi tahu dia, dan dia memberi tahu orang lain lagi, setelah perkataan itu sam¬pai kepada orang keempat, perkataan itu sudah berbeda dengan yang diucapkan orang pertama. Yang dikatakan orang kedua berselisih sedikit dengan orang pertama, dan yang dika¬ta¬kan orang ketiga sudah agak berlainan dengan orang kedua. Dan bila perkataan itu disampaikan kepada orang ke¬lima atau kede¬la¬pan, maka perkataan itu entah sudah berapa jauh selisih¬nya.
Kadangkala seorang saudara menyampaikan perkataan saudara lain, lalu timbul kesulitan dalam gereja. Kalau Anda ber¬u¬saha mencocokkan perkataan kedua orang itu, maka mere¬ka akan saling menuduh; yang satu akan berkata, ”Waktu itu ka¬mu berkata begitu kepadaku”; yang lain berkata, ”Tidak, aku ha¬nya berkata begini.” Akhirnya, Anda mendapati bahwa ke¬dua orang itu tidak berdusta, dan motivasi mereka sedikit pun tidak salah, persoalannya tidak lain karena kedua-duanya sem¬ba¬rangan; yang menyampaikan perkataan tidak tepat, yang me¬ne¬rima juga tidak teliti, sehingga timbullah masalah. Betapa seringnya kasus demikian terjadi dalam gereja!
Saudara Witness Lee pernah berkata, ”Saya selamanya tidak bisa lupa, pada tahun 1947, ketika saya tinggal di Shanghai. Pada suatu hari, ketika saya sedang duduk di ruang tamu, ti¬ba-tiba seorang saudari masuk dengan tergesa-gesa dan ber¬ka¬ta lantang, ’Saudara Lee, celaka, atap rumah ini pecah dan ber¬¬¬lu¬¬bang sebesar ini’ (ia berkata sambil membuat isyarat de¬ngan kedua tangannya). Karena teriakannya begitu keras, saya sem¬pat kaget karenanya. Saya bertanya, ’Lubang itu se¬be¬sar apa?’ Ia berkata, ’Sebesar ini.’ (Tanda yang ia buat de¬ngan isya¬rat lingkaran kedua tangannya menciut lebih kecil daripada yang ia buat pertama). Kemudian saya bertanya lagi, ’Se¬be¬sar apakah sebetulnya?’ ’Sebesar ini,’ jawabnya. Saya ber¬ta¬nya lagi, ’Sebesar apa?’ Ia menjawab, ’Kira-kira sebesar ini.’ Makin ditanya makin kecil. Semua orang yang ada di sana tertawa melihatnya. Setelah kami tinjau bersama, ternyata lu¬bang itu hanya sebesar kira-kira keping uang tembaga.”
Pada suatu hari, ada seorang saudara berkata kepada sa¬ya, ”Saudara Lee, saudara anu sakit, suhu badannya tinggi sekali.” Saya tanya, ”Berapa derajat tingginya?” ”Coba kuukur,” jawabnya. Setelah mengukur, ia berkata, ”37,5 derajat.” Tetapi ketika saya mengukurnya ulang, hanya 37,3 derajat. Lihatlah, mengukur suhu badan pun tidak tepat.
”Ketika saya masih berada di daratan China, adakalanya saya pergi ke suatu tempat untuk mengadakan sidang istimewa. Saya lalu bertanya kepada saudara pewajib di situ, balai sidang mereka dapat menampung berapa orang? Seorang pewajib ber¬kata, bisa menampung 250 orang, pewajib lainnya berkata bisa menampung kira-kira 450 orang, dan ada lagi yang lain berkata bahwa tempat duduk balai sidang itu hanya bisa menampung 220 orang. Mereka tidak bisa menjawab dengan angka yang te¬pat. Itu membuktikan bahwa mereka kekurangan karakter te¬pat.”
Kalau orang yang melayani tidak mempunyai karakter te¬pat, cepat atau lambat gereja akan rusak oleh mereka. Uru¬san apa saja dalam gereja, jika ditangani oleh orang-orang ya¬ng sembarangan, pasti akan timbul masalah yang merepotkan. Karena itu, baik dalam menyelesaikan atau menanggulangi uru¬san, menyampaikan perkataan atau merencanakan sesuatu, ha¬rus mempunyai karakter cermat, tegas, dan tepat. Bila seorang saudara mempersekutukan perkara rohani ke¬pa¬da Anda, janganlah Anda mendengar dengan sembarang¬an. Anda harus mendengar dengan teliti seperti seorang dokter. Dokter yang sembarangan tidak mustahil akan mengakibatkan ke¬ma¬tian kepada pasiennya. Orang yang melayani dalam gereja tidak boleh sembarangan dalam menangani masalah rohani sau¬dara saudari.
4. MEMBACA ATAU MENYAMPAIKAN FIRMAN ALLAH HARUS TEPAT
Alkitab adalah firman Allah, sebuah kitab yang paling tepat. Tuhan Yesus mengutip Alkitab juga sangat tepat; ayat-ayat, kalimat-kalimat, dan kata-kata yang dikutip-Nya tidak ada satu pun yang tidak tepat.
Alkitab ditulis oleh 40 orang lebih dalam jangka waktu sekitar 1.600 tahun. Namun, isinya sangat konsisten, tanpa sa¬ling bertentangan. Ini disebabkan setiap penulisnya menerima il¬ham dari Roh Kudus dan wahyu Allah. Andaikata ada satu pe¬nu¬lis di antaranya yang menuruti kemauannya sendiri, pasti akan ada kekeliruan dan ketidaktepatan, sehingga mustahil bisa konsisten tanpa saling bertentangan. Naskah asli Alkitab, ti¬ap kata, tiap kalimat, tiap iota adalah ilham Allah. Alkitab sen¬diri mengatakan bahwa firman Allah ”satu iota dan satu titik pun tidak akan ditiadakan” dan tak dapat ditambahkan. Satu iota atau titik dalam bahasa Ibrani adalah huruf dan tanda yang terkecil. Karena itu, setiap iota atau titik dari naskah asli Alki¬tab pastilah tepat dan akurat.
Karena sembarangan, maka pembacaan Alkitab keba¬nyak¬an orang tidak membuahkan wahyu yang sangat berharga. Misalkan ketinggalan satu kata, atau satu kalimat, atau kurang memperhatikan bentuk tunggal atau jamak, dan lain sebagai¬nya.
Dalam menyampaikan firman Allah juga sering terjadi ketidaktepatan. Misalkan dalam kasus Iblis menggoda Hawa. Ha¬wa tidak menyampaikan firman Allah dengan tepat. Allah ha¬nya berkata, ”Buah dari pohon itu tidak boleh dimakan,” ti¬dak berkata ”tidak boleh dijamah.” Jelas kalimat itu adalah Ha¬wa sendiri yang menambahkan, itu tidak tepat.
Anda boleh mencobanya. Misalnya Anda baca kitab Keja¬dian 1. Setelah Anda membacanya, silakan Anda mengata¬kan¬nya sekali lagi, pasti banyak yang tidak tepat, jika bukan kurang lengkap tentu ada yang ditambahkan. Sekarang banyak berita yang direkam dalam kaset. Setelah Anda mendengar, coba An¬da ulang mengatakannya dengan merekamnya juga, lalu kedua rekaman itu Anda bandingkan. Hasilnya pasti jauh ber¬beda, ti¬dak tepat sama. Mengapa? Tidak lain karena karakter manusia tidak tepat.
Namun firman Allah tidak dapat batal satu iota atau satu titik pun. Kita tidak boleh menambahkan atau mengurangi se¬su¬a¬tu dari firman Allah (Mat. 5:18; Why. 22:18-19). Karena itu, kita wajib melatih karakter tepat, membaca Alkitab harus te¬pat, menyampaikan firman Allah juga harus tepat, satu kata pun tidak keliru.
”Daily Telegraph” adalah satu surat kabar harian yang sa¬ngat terkenal di London, Inggris. Koran ini sangat terkenal ka¬rena tidak ditemukan satu huruf pun yang salah padanya, juga tidak ada satu pun bagian yang salah. Mengapa bisa sede¬mi¬¬kian cermat dan teliti? Kisahnya demikian: Tadinya, penang¬gung jawab harian tersebut sering menemukan kesalahan pada koran yang diterbitkan. Meskipun telah berkali-kali dikatakan bah¬wa jika ada orang menemukan kesalahan pada terbitannya, orang bersangkutan akan diberi hadiah; orang yang bertang¬gung jawab meneliti/mengedit akan diberi sanksi, atau bahkan bisa dipecat. Namun semua tindakan itu tidak manjur, tetap saja ada kesalahan. Suatu hari, tiba-tiba pimpinan harian ini men¬¬da¬¬patkan satu ide, ia mengumpulkan semua karyawannya, dan berkata kepada mereka, ”Saudara-saudara, kalian telah be¬gi¬tu berjerih lelah, sungguh patut dihargai. Namun, untuk me¬ning¬katkan mutu dan nilai koran kita, saya rasa, kita perlu se¬tiap hari menggunakan sejumlah kertas yang lebih baik, khusus men¬ce¬tak beberapa eksemplar, yang juga merupakan produk pertama dari berita hari itu, dan hasilnya kita berikan kepada raja untuk bacaannya. Kemudian diteruskan mencetak sisanya sebanyak seratus lima puluh ribu eksemplar. Saudara-saudara tentunya tahu, koran yang kita berikan untuk dilihat raja, sama sekali tidak bisa ada kesalahan.” Saat itu mereka semua berso¬rak dengan girang, ”Koran yang kita kirimkan untuk dilihat raja, tentunya sama sekali tidak boleh ada salahnya.” Sejak saat itu, se¬tiap karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka sangatlah ber¬nilai, mereka bekerja dengan sangat teliti dan serius. Demiki¬an¬lah Daily Telegraph menjadi sebuah harian yang tidak ada kesalahannya di Inggris.
Semua pelayanan kita sebagai orang Kristen adalah bagi Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuan, seharusnya¬lah lebih-lebih mendorong kita untuk setia kepada-Nya. Yang kita layani adalah Kristus Tuhan (Kol. 3:24 Tl.).
5. HARUS BERLATIH DALAM TUTUR KATA DAN TINGKAH LAKU
AGAR BERKARAKTER TEPAT;
SUDAH DIUKUR DENGAN TALI SIPAT ALLAH
Dalam berbicara, Tuhan Yesus selalu tepat. Ketika penya¬mun yang disalibkan itu mohon kepada Tuhan, agar Tuhan ingat kepadanya ketika Ia datang sebagai Raja, Tuhan menja¬wab¬nya, ”. . . hari ini juga engkau akan ada bersama-sama de¬ngan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:42-43). Tuhan hanya men¬¬jamin keselamatannya, tidak menjaminnya masuk ke da¬lam Kerajaan. Tepat sekali jawaban Tuhan. Waktu-waktu Tuhan Yesus pun sangat tepat. Kapan Ia pergi ke Yerusalem, kapan Ia disalibkan, kapan Ia melakukan suatu hal, semua terjadi tepat pada waktunya. Tuhan Yesus berkata, ”. . . Saat-Ku belum tiba” (Yoh. 2:4). Setiap perkara Ia lakukan seturut ketentuan Allah dan tepat pada saatnya. Yohanes 7:6 mencatat, ”Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.” Saat Ia pergi ke Yerusalem, tidak sembarangan, Ia selalu menerima pimpinan Allah Bapa, yakni tepat pada waktunya. Ketika di taman Get¬semani Tuhan berdoa tiga kali, ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekira¬nya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari hadapan-Ku, tetapi ja¬ngan¬lah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:36-46). Ini berarti Tuhan bertanya kepada Allah Bapa, apakah sudah tiba saatnya untuk naik ke atas salib, apakah itu saatnya. Tutur kata Tuhan Yesus selalu te¬pat, tepat sasarannya, tepat pula saatnya. Seperti tertulis dalam Amsal 25:11, ”Perkataan yang diucapkan tepat pada wak¬tunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
a. Harus Hati-hati dalam Tutur Kata, Terkendali,
Ditimbang-timbang, Tidak sembarangan.
”Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mzm. 141:3). Tuhan menghendaki agar perkataan kita tepat, tidak tersangsikan (Mat. 18:16). Paulus menganjuri kita agar kita mengawasi ajaran kita, baik berkhotbah maupun me¬¬nafsirkan Alkitab harus tepat (1 Tim. 4:16) dan tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 Ptr. 1:20).
Harus menjadi teladan dalam perkataan (1 Tim. 4:12). Tutur kata seseorang mewakili orang itu sendiri. ”Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati . . .” (Mat. 12:34-35). Tanda penguasaan diri tertampak pada tutur kata. ”Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; siapa tidak bersalah dalam perkata¬annya, ia orang yang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” (Yak. 3:2). Sejauh mana seseorang berhasil mengendalikan dirinya, tergantung pada sejauh mana ia berha¬sil mengendalikan tutur katanya. ”Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertang¬gung-jawabkannya pada hari penghakiman” (Mat. 12:36).
”Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas” (Ef. 5:4).
”Jangan bercabang lidah . . . jangan pemfitnah” (1 Tim. 3:8-11); ”tidak boleh bertengkar” (2 Tim. 2:24); tidak meng¬ucapkan ”omongan yang sia-sia” (1 Tim. 1:6). Seperti Tuhan Yesus, ”Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan” (Mat. 12:19). Tuhan tidak berbicara sembarangan.
”. . . Janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru” (Yak. 3:1). Jangan suka menjadi penasihat, banyak opini, banyak mulut.
”Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu” (Mzm. 120:2).
b. Harus Tepat Waktu
Tepat waktu baru bisa menebus waktu (Ef. 5:16). Bila tidak tepat waktu, maka waktu akan terhilang. Misalkan waktu bersidang adalah pukul 18.30. Datanglah tepat pada waktunya, jika tidak, Anda akan kehilangan waktu dan kesempatan.
Seorang saudara berkata, ”Maafkan saya berkata kepada kalian. Kalian banyak membaca buku-buku Saudara Watchman Nee tanpa nampak manusianya. Saya khawatir andaikata ka¬lian tinggal bersamanya sejangka waktu, kalian akan tidak ta¬han, sebab ia sangat pandai dalam menanggulangi orang. Pertama kali saya datang ke Shanghai, saya tinggal bersama beberapa saudara di atas loteng. Pada hari Minggu pagi, para saudara biasanya baru turun ke balai sidang setelah sidang dimulai, yaitu setelah semua menyanyikan kidung yang per¬ta¬ma. Akhirnya keadaan tersebut diketahui oleh Saudara Watch¬man Nee. Ia tidak langsung menegur mereka, tetapi pada si¬dang Minggu berikutnya, ketika ia sendiri yang memimpin si¬dang, mendadak ia berdiri mengumumkan dengan lantang, ’Waktu kita mulai menyanyikan kidung pertama, semua yang ada di lantai atas dan bawah dilarang bergerak!’ Sejak keja¬dian itu, kami yang tinggal di loteng senantiasa melihat jam dan cepat-cepat turun bila waktu sidang segera dimulai.” Cara Saudara Watchman Nee itu sangat memberi faedah kepada kita. Bagaimanapun kita harus belajar tepat waktu.
6. HARUS TEPAT PADA SASARAN
a. Tepat Terarah kepada Kristus
Kristus adalah sasaran kita, maka kita harus mengarah tepat kepada Kristus (Flp.3:14; 1 Kor. 9:26). Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Kol. 3:11). Karena itu, segala-galanya harus tertuju kepada Kristus, berbicara adalah Kristus, bertingkah laku adalah Kristus, beribadah, bekerja, dan melayani, semua adalah Kristus. Kita harus melepaskan se¬mua¬nya dan menganggapnya sampah oleh karena Dia (Flp. 1:20-21; 3:8).
b. Tepat Terarah kepada Kerajaan
Pahala Kerajaan juga adalah sasaran kita (Flp. 3:14-15). Untuk itulah kita berjerih lelah dan berjuang (1 Tim. 4:8-10). Dalam satu bait dari kidung kita dikatakan, ”Maju terus maju, sampai ke surga / . . . / tamatkan jalanmu, terus majulah / bersandar t’naga-Nya, masuk K’rajaan.”
Pada bulan Mei 1937, dalam suatu sidang pengkajian Alkitab di Shanghai, Saudara Watchman Nee membahas masalah ”Keselamatan Allah” dan ”Masuk Kerajaan”. Ajaran kebenaran masuk Kerajaan ini adalah ajaran Perjanjian Baru yang tepat. Bukan setiap orang beriman bisa masuk Kerajaan Seribu Tahun untuk meraja bersama dengan Tuhan, hanya para pemenang yang bisa. Dengan kata lain, masalah meraja ber¬sa¬ma Tuhan Yesus pada zaman yang akan datang adalah se¬macam pahala bagi kaum beriman yang menang; itu bukan yang dapat dinikmati oleh setiap orang Kristen. Kemudian Sau¬dara Witness Lee di Taiwan juga memberitakan serangkaian berita tentang Kerajaan. Saudara Nee berkata bahwa perkara yang terpenting bagi orang dosa ialah beroleh selamat, sedang bagi setiap orang beriman ialah beroleh pahala.
c. Tepat Terarah kepada Ekonomi Allah
Ajaran sehat ialah ajaran dari wahyu rasul, yakni ajaran ten¬tang ekonomi Allah. Ini wajib menjadi sasaran kita. Jangan sekali-kali kita menyimpang darinya.
LYD
Sabtu, 30 Oktober 2010
LAPANG
”Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut.”
1 Raja-raja 4:29
”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil.”
1 Petrus 2:23
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya - 60011
LAPANG
1. LAPANG ITU HIKMAT
Orang yang sudah memiliki keempat karakter yang terdahulu — Benar, Tepat, Ketat, Rajin — mudah menjadi kerdil, karena itu ia harus berlatih untuk menjadi lapang. ”Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal (hati) yang luas (lapang) seperti dataran pasir di tepi laut” (1 Raj. 4:29). Orang yang berkarakter kerdil adalah orang bodoh, sedang orang yang berkarakter lapang adalah orang hikmat atau bijak. Orang yang berhati lapang akan dipakai Allah secara maksimal, dan ia akan memperoleh banyak kekayaan rohani. Inilah hikmat.
2. ORANG YANG LAPANG BISA MELAKUKAN PERKARA BESAR
Karakter benar, tepat, ketat, dan rajin adalah terhadap diri sendiri, sedang lapang adalah terhadap orang lain. Orang yang lapang dada terhadap orang lain, pasti mudah beroleh terang besar dalam membaca Alkitab. Tetapi orang kerdil hanya beroleh sesuatu yang kerdil pula. Orang yang lapang bisa mengerjakan perkara besar, namun orang yang kerdil malah membuat perkara besar menjadi kecil.
Karena Allah memberikan kepada Salomo akal (hati) yang luas (lapang), maka ia bisa melayani Allah, memerintah rakyat kerajaan Israel yang banyak, menguasai raja-raja sebelah barat sungai, menyelesaikan pembangunan bait kudus yang sangat besar, yang ketika pentahbisannya, sekali mempersembahkan kurban, menghabiskan ratusan ribu ekor kambing dan lembu (1 Raj. 3:9, 4:29, 8:62-64). Melayani Tuhan, membangun gereja adalah perkara yang terbesar dalam dunia, maka hanya orang yang berjiwa besar yang sanggup melakukannya. Kalau tidak, pekerjaan Allah tidak akan berkembang.
Paulus adalah seorang yang berhati lapang. Dalam Filipi 1:15-18 dikatakan, ”Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, . . . sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.” Namun ia tetap bersukacita, karena bagaimanapun Kristus diberitakan. Orang-orang Korintus berhati sempit terhadap Paulus, tetapi hati Paulus terbuka lebar-lebar terhadap mereka (2 Kor. 6:11). Ia menganggap penghakiman orang terhadap dirinya sebagai perkara yang tak berarti (1 Kor. 4:3). Hati Paulus lapang, karena itu, ia bisa melakukan pekerjaan yang besar. Ia bisa membangun banyak gereja lokal, bisa membina banyak orang beriman, dan bisa menulis wahyu yang begitu tinggi dan besar.
Untuk menggembalakan gereja, kita perlu hati yang lapang. Seorang saudara berkata, ”Baik dalam mengkaji kebenaran, menuntut kerohanian, bergaul dengan saudara saudari, menilai orang, dan menangani perkara, semua harus belajar lapang hati.” Bila Anda menjamah perkara gereja dan perkara-perkara rohani, Anda harus belajar melapangkan hati Anda. Harus selalu melapangkan hati. Hanya hati yang lapang yang bisa membereskan banyak masalah.
Di antara tahun 1936 hingga 1937, selama satu dua tahun, saya sering melayani di sebuah gereja lokal di daerah Utara. Kaum saleh di sana sangat mengasihi Tuhan, tetapi anehnya, di sana selalu timbul masalah. Dan yang terlibat masalah bukan saudara saudari biasa, melainkan beberapa saudara pewajib. Setiap kali selesai menyampaikan berita, saya selalu mengumpulkan mereka untuk bersekutu dan berdoa, dan menyelesaikan masalah di antara mereka. Tetapi tak lama setelah saya meninggalkan mereka, masalah mereka timbul lagi. Kalau diperhatikan dengan cermat, ternyata penyebab permasalahan mereka sama sekali bukan karena mereka tidak mengasihi Tuhan; mereka semua sangat mengasihi Tuhan, tetapi mereka masing-masing mempunyai penyakit yang sama, yaitu berhati sempit, bahkan dalam perkara kecil pun mereka tidak mau saling mengalah. Misalnya, ketika balai sidang perlu membuat sebuah pintu, ada yang mengatakan harus selebar 120 cm, ada yang berkata cukup 100 cm, dan ada yang berkata, 90 cm sudah memadai. Karena saling tidak mau mengalah, maka terjadi pertengkaran yang menimbulkan masalah.
Coba Anda pikir, bagaimana cara kita membereskan masalah di antara mereka? Asalkan mereka mau melapangkan hati mereka, masalahnya pasti akan beres. Mengelola gereja harus melapangkan hati, kalau tidak, akan timbul banyak masalah. Hati Anda harus lapang, tidak saja dapat diisi kepalan tangan, bahkan dapat diisi seluruh bola bumi.
3. HATI YANG LAPANG MAMPU MENAMPUNG
Orang yang kerdil tidak bisa menahan tentangan orang lain, ia segera membalasnya. Namun orang yang lapang dada bisa menelan segalanya.
Pada suatu kali, murid-murid ingin menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria, sebab orang-orang Samaria tidak menerima Tuhan. Tuhan berkata bahwa mereka tidak tahu bagaimana roh mereka (Luk. 9:51-56). Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sempit, karena itu mereka ingin membalas. Tuhan lalu berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan. Bukan membalas dendam dengan membinasakan, melainkan menyelamatkan. Tuhan melatih mereka supaya berlapang dada. Semua orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan adalah orang kerdil. Karena itu Alkitab mengatakan, ”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” (Rm. 12:17). Paulus berkata, “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah” (1 Kor. 4:12-13). Inilah tanda hati yang lapang.
Tuhan pun berhati lapang. Ketika Ia disalibkan, Ia berdoa bagi orang yang menyalibkan-Nya, ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).
Demikian pula Madame Guyon, tidak dendam dan benci kepada orang-orang yang menganiayanya, tetapi mengasihi mereka dan berdoa bagi mereka.
Bisa memaafkan orang lain dan bisa memberkati orang yang mengutuk Anda, itu adalah masalah lapang hati. Hati Anda harus lapang sedemikian rupa sehingga begitu orang yang bersalah kepada Anda mengakui kesalahannya, Anda bisa memaafkannya. Walau seseorang menganiaya dan mencelakakan Anda, Anda tetap dapat mengasihinya, dan walaupun ia memusuhi Anda, Anda tetap bisa membiarkannya. Ini adalah masalah lapang hati.
Orang kerdil enggan memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalau orang berhutang seratus dinar kepadanya, ia lalu menangkap dan mencekik lehernya (Mat. 18:28-30). Kalaupun ia mengampuni, paling banyak hanya tujuh kali (Mat. 18:21). Orang yang lapang hati tidak menyimpan kesalahan orang lain dan tidak pemarah (1 Kor. 13:5). Walau orang berhutang puluhan ribu dinar kepadanya, ia tetap dapat mengampuni, ia bisa mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali; ia bisa menutupi segala sesuatu (1 Kor. 13:7).
Saudara Watchman Nee adalah seorang yang sangat lapang. Entah berapa kali ia dirongrong dan dimusuhi orang selama hidupnya, namun ia bisa memaafkan dan tidak menyimpan kesalahan orang. Pernah karena pabrik farmasi Shen Hua, ia ditentang, dikritik, difitnah, bahkan dicaci maki langsung oleh orang banyak. Tetapi ketika ia memulihkan ministrinya, ia bisa memaafkan mereka yang minta maaf kepadanya maupun yang tidak. Pada waktu Saudara Watchman Nee mengusahakan pabrik obat itu, ada seorang rekan sekerja yang bernama Tzang Yu Tse menentang paling hebat. Namun setelah Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, Saudara Tzang menyadari kesalahannya, dan minta maaf kepadanya. Saudara Watchman Nee dengan lapang hati memaafkannya, bahkan menganggap kesalahan itu tidak pernah terjadi; ia tetap bekerja sama dengannya. Pada tahun-tahun terakhir di Shanghai, Saudara Tzang malahan menjadi seorang rekan sekerja yang paling baik, dan pada akhirnya mati sahid seperti halnya Saudara Watchman Nee.
Ada seorang lagi, yaitu Saudari Lee Yuan Ru, yang juga tidak menyenangi Saudara Watchman Nee karena pabrik obat Shen Hua tersebut. Saudari ini sampai-sampai tawar hati, meninggalkan Shanghai, menetap di Suchow, dan putus hubungan beberapa tahun lamanya dengannya. Tetapi ketika Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, pelayanan bidang literatur tetap dipercayakan kepada Saudari Lee. Saudara Watchman Nee sangat lapang dada, ia bisa merangkum orang yang tidak sependapat, bahkan yang menentangnya. Allahlah yang membuatnya menjadi orang yang lapang dada, karena itu ia bisa mempunyai begitu banyak rekan sekerja dan bisa memimpin begitu banyak anak Allah.
Martin Luther berkata, ”Hatiku terlalu lapang, terlalu sukacita, sehingga aku tidak mungkin bermusuhan dengan orang lain.” Spurgeon sering berkata kepada para penginjil, “Kalian wajib memiliki sebuah hati yang lapang, selapang bandar samudra Plymouth. Sebab berhasil tidaknya kalian mendapatkan jiwa bagi Kristus, tergantung pada ada tidaknya hati yang lapang dalam kalian.”
4. LAPANG BERARTI TIDAK EGOIS, TIDAK KIKIR
Orang yang kerdil pasti egois, juga kikir. Orang kerdil hanya menuntut keuntungan dirinya sendiri. Hati kita harus lapang, ”Bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak” (1 Kor. 10:33). ”Jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Rm. 15:1-2). Dan ”Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4).
Seorang saudara berkata, ”Kita wajib memiliki hati yang lapang, yang dapat merangkum semua anak-anak Allah, dan menganggap urusan mereka seperti urusan kita sendiri.”
Orang yang hanya mengasihi dirinya sendiri, ia adalah orang kerdil, demikian pula orang yang hanya mengasihi sekelompok orang dalam lingkungan tertentu. Setiap pelayan Allah wajib berhati lapang, sehingga semua orang bisa dirangkum dalam ribaannya; sebab Allah itu besar, setiap manusia terangkum dalam ribaan-Nya.
Paulus adalah orang yang lapang dada; orang yang makan daging, orang yang tidak makan daging, orang yang memelihara hari-hari raya, atau yang tidak memelihara hari raya, orang yang teguh, atau orang yang lemah, semua terangkum dalam dadanya. Ia berkata, ”Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya” (1 Kor. 9:22). Ia dapat merangkum orang macam apa pun.
Orang yang egois pasti juga kikir, merasa sayang untuk memberikan sesuatu kepada orang lain; kalaupun memberi, juga dengan takaran kecil. Ada orang yang berjiwa kerdil seperti takaran kecil yang digunakannya itu.
Orang yang lapang dada adalah orang yang suka memberi, ia mudah memberi, dan memberi dengan takaran besar. Kalau Allah memberi, Ia memberi dengan ”takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan yang dicurahkan ke dalam pangkuanmu” (Luk. 6:38). Dan Allah akan ”membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10).
Allah menyuruh kita lapang, tetapi Iblis menyuruh kita sempit. Yang paling bisa melapangkan hati manusia ialah mengeluarkan uang. Hari ini, di dunia ada ”dua Allah”: yang satu ialah Mamon, dan yang satu lagi ialah Allah yang sejati. Jika kita tidak mengasihi Allah, kita mengasihi Mamon. Ketika seseorang mengasihi Allah, baru hatinya bisa diperluas. Ada seorang beriman di antara kita. Tadinya ia mengikuti kebaktian di tempat tertentu selama 20 tahun, dan tidak pernah menganggukkan kepalanya kepada siapa pun. Suatu hari, ia mempersembahkan uangnya, dan sejak itu ia berubah. Dulu saya paling takut membuat laporan tentang persembahan uang kepada orang, tetapi sekarang tidak lagi. Saya nampak bahwa ini adalah satu jalan agar orang menerima kasih karunia. Orang yang makin rela mempersembahkan uangnya, ia akan semakin dipenuhi oleh kasih karunia.
5. ORANG KERDIL SEDIKIT PUN TIDAK MAU DIRUGIKAN
Orang kerdil selalu menghitung untung rugi. Kalau dilukai atau dirugikan sedikit saja, segera tidak terima, menggerutu, bahkan marah-marah. Sebaliknya, memberikan kebaikan sedikit saja kepada orang lain, mengira sangat banyak, sangat berjasa; menolong orang sedikit saja, menganggap kebajikannya luar biasa. Itulah ciri-ciri orang kerdil.
Saudara Chang berkata, ”Pada tahun 1949, Saudara Watchman Nee pernah datang ke Taiwan sebentar. Ia tinggal di rumah saya. Dalam kesempatan itu, saya mempunyai sedikit persekutuan dengannya. Saudara Nee mempunyai pandangan bahwa pulau itu kelak pasti bisa mengalami perkembangan yang baik. Ketika itu ada seorang saudara dari Taiwan datang ke Shanghai menemui Saudara Nee. Saudara Nee menyerahkan kepadanya uang sebanyak enam puluh ribu dollar Amerika untuk membeli sebidang tanah di Taiwan guna membangun balai sidang, dan memperluas pekerjaan Tuhan di pulau tersebut. Tetapi tidak disangka, setelah saudara itu kembali ke Taiwan, hatinya tergoda oleh uang, sehingga uang tadi dihabiskannya. Tanah tidak dibeli, uang pun lenyap tanpa bekas. Ketika Saudara Nee datang ke Taiwan dan mencari dia, tidak saja uangnya tidak dikembalikan, malahan ia meminta uang lagi kepada Saudara Nee. Tetapi hal itu dibiarkan begitu saja oleh Saudara Nee.”
Ketika Saudara Nee tinggal di rumah saya, ia bersekutu dengan saya dan empat pewajib gereja lainnya. Kami berkata, ”Saudara Nee, Anda tahu, kami datang ke sini merintis pekerjaan dengan susah payah, saudara saudari hanya ada beberapa puluh orang. Anda malah membiarkan uang sebanyak itu ditelan saudara itu, tidak merasa sayang.” Saudara Nee lalu mengatakan, ”Uang adalah benda yang paling hina dalam dunia. Siapa yang menyukainya, berikanlah kepadanya.” Ia berkata lagi, ”Dulu Tuhan Yesus menyerahkan kantong uang-Nya kepada Yudas, supaya Yudas yang mengurusnya. Padahal Tuhan tahu ia adalah seorang pencuri. Kita tidak mungkin menyuruh pencuri menjadi kasir atau bendahara kita, tetapi Tuhan Yesus menyuruh Yudas mengurus uang-Nya”. Saudara Nee meneruskan, ”Banyak orang mengira saya tidak mengerti soal pembukuan, padahal saya bukan tidak mengerti, melainkan saya tidak mau membuat perhitungan.”
6. ORANG YANG KERDIL PASTI SUBYEKTIF
Orang yang subyektif, senang orang lain menurut perkataannya; mengira caranya paling baik, jalannya paling tepat, dan semua orang wajib menempuh jalannya. Ia tidak tahan melihat orang yang berbeda dengan dirinya. Ketahuilah, orang yang paling kerdil dalam dunia adalah orang yang subyektif. Hanya orang yang lapang dada baru bisa menaruh kesabaran terhadap orang yang berbeda dengannya. Ada orang memberitakan Kristus dengan maksud baik, untuk mereka Paulus bersyukur kepada Allah; tetapi ada juga yang memberitakan Kristus karena dengki, untuk mereka pun Paulus tetap bersyukur kepada Allah, sebab bagaimanapun Kristus telah diberitakan (Flp. 1:15-18). Itulah kelapangan hati Paulus.
Orang kerdil menganggap opininya paling unggul, sehingga ia tidak mudah menerima pendapat orang lain. Tetapi orang yang lapang dada mudah menerima pendapat orang lain.
Ada seorang rekan sekerja berkata, ketika ia berkontak dengan saudara Watchman Nee, ia sangat terkesan bahwa Saudara Watchman Nee mudah sekali menerima persekutuan. Sering kali ia mengutarakan perasaan atau pendapatnya, dan Saudara Watchman Nee menanggapi dengan suatu pertimbangan; tidak saja dipertimbangkan, bahkan diterima. Menurut pandangan umum, sungguh tidak mudah menerima persekutuan orang lain, sebab ia dalam berbagai aspek lebih unggul daripada orang lain, lagi pula ia sangat berpengalaman. Namun ia tidak subyektif. Dalam memandang suatu perkara, ia selalu obyektif, mau menerima persekutuan orang lain.
7. ORANG YANG KERDIL MUDAH PUAS DIRI
Memiliki sesuatu sedikit saja sudah merasa luar biasa, itulah ciri-ciri orang yang kerdil. Sebuah cangkir yang kecil dituangi air sedikit saja sudah penuh. Seorang anak kecil memiliki uang sedikit saja, sudah mengira dirinya paling kaya di seluruh dunia. Orang yang mempunyai sedikit karunia, tetapi mengira dirinya hebat dan rohani, adalah orang yang kerdil. Orang kerdil puas dengan keberhasilannya yang sedikit, dan menjadikan hal itu sebagai kebanggaannya.
Kesombongan memang pernyataan dari kebodohan, tetapi itu berasal dari kekerdilan. Hati orang kerdil mudah menjadi sombong; orang yang berhati lapang tidak mudah sombong. Misalnya, pada suatu hari Anda menyampaikan suatu pemberitaan dengan baik, Anda lalu merasa bangga. Ini menyatakan bahwa Anda kerdil. Jika Anda lapang hati, jangankan membawakan berita satu kali dengan baik, membawakan ribuan berita dengan baik pun, Anda tidak akan merasa apa-apa. Semua kebodohan hanya membuktikan bahwa hati orang itu sempit. Semua kesombongan adalah bukti kekerdilan orang itu.
Kadangkala ada orang memuji Anda, ”Anda sungguh hebat, bisa melayani Tuhan!” Ketika Anda mendengar perkataan ini, Anda seperti kerub yang bersayap enam, langsung terbang ke langit. Mungkin mulut Anda berkata, ”Ah, tidak. Itu adalah belas kasihan Tuhan.” Namun Anda gembira dalam batin. Kita semua boleh jadi adalah orang-orang sedemikian. Dipuji sedikit saja sudah membubung ke langit; sebaliknya, direndahkan sedikit saja, seolah telah turun ke neraka. Orang yang tidak tahan dipuji atau direndahkan, adalah orang yang kerdil. Orang yang lapang hati tidak terpengaruh, baik dipuji maupun direndahkan.
Ketika Daud membunuh Goliat, perempuan-perempuan Israel menari-nari sambil menyanyi, ”Saul membunuh beriburibu, tetapi Daud membunuh berlaksa-laksa.” Mendengar ini Saul tidak senang bahkan marah, katanya, ”Sepuluh ribu untuk Daud, seribu untuk aku, hanya takhta kerajaan saja yang tidak untuk dia.” Sebaliknya Daud berhati lapang, ia sama sekali tidak terjamah oleh pujian itu.
Orang yang lapang, meskipun telah melakukan perkara yang besar, ia hanya berkata, ”Kami hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk. 17:10). Ia tidak membanggakan dirinya sendiri.
Orang yang lapang akan berkata seperti Paulus, ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna” (Flp. 3:12). Orang yang lapang pasti adalah ”Orang yang miskin di dalam roh” (Mat. 5:3 Tl.; Luk. 6:20).
8. ORANG YANG KERDIL SULIT BERKOORDINASI DENGAN ORANG LAIN
Takaran atau kapasitas orang yang kerdil sangat kecil. Ia sering menaruh curiga dan iri hati, sukar berkoordinasi dengan orang lain. Karena itu, ketika Paulus membahas masalah koordinasi, ia menghendaki kita belajar tidak saja tidak iri hati, juga ”jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (1 Kor. 12:26).
Jika Anda tidak bisa berkoordinasi dengan orang lain di dalam gereja, itu membuktikan bahwa Anda adalah orang yang kerdil. Anda harus berlapang dada sedemikian rupa sehingga dapat berkoordinasi dengan siapa saja; sekalipun dengan orang yang bersifat daging dan aneh perangainya. Saudara atau saudari mana yang tidak memiliki kedagingan atau keanehan? Ada yang agak lumayan, ada juga yang keterlaluan. Dalam gereja lokal, di mana pun, hampir pasti ada satu atau dua saudara atau saudari yang aneh. Karena itu kita harus melapangkan dada, baru dapat merangkul mereka, berkoordinasi bersama.
9. KRISTUS ITU LAPANG
”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam” (1 Ptr. 2:23). Inilah lapang. Ia memaafkan orang tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18:21-22). Ini juga pernyataan lapang. Ketika di salib, Ia bisa berdoa untuk orang-orang yang menyalibkan-Nya, agar diampuni Bapa (Luk. 23:34). Inilah bukti lapang dada. Ia sudah tahu bahwa Yudas sering mencuri uang, tetapi Ia tetap menyerahkan tugas keuangan kepadanya. Ini pun lapang.
Kristus itu lapang; yakni panjang, lebar, tinggi, dan dalam. Jika kita membiarkan Kristus berumah di dalam hati kita dan menjadikan Dia persona kita, kita pasti akan menjadi orang yang lapang (Ef. 3:17-18).
10. SEMUA KEADAAN DAN PERISTIWA BEKERJA
UNTUK MELAPANGKAN KITA
Jangan karena sedikit kesulitan saja, kita sudah tidak tahan; jangan karena satu kalimat, satu tatapan atau air muka yang masam, kita sudah luka; dan jangan dirugikan sedikit saja, kita sudah gusar. Ketahuilah, semua perkara yang menyakitkan kita justru akan membuat kita luas dan lapang. Bila orang menampar pipi kanan kita, berikanlah pipi kiri kita juga; bila orang mengambil baju Anda, berikanlah juga jubah Anda kepadanya; dan bila ada orang yang memaksa Anda berjalan satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil (Mat. 5:39-41). Jika demikian, Anda pasti menjadi orang yang lapang.
Semua hal yang secara tidak adil dilakukan orang terhadap Anda, adalah untuk melapangkan Anda. Kalau sehelai baju diambil orang, sudah membuat Anda marah-marah dan kehilangan martabat orang beriman, itu membuktikan bahwa Anda kerdil. Kalau kita bisa bereaksi dengan hayat yang Allah karuniakan di batin kita, menerima dan menaati setiap pengaturan-Nya dalam lingkungan sekeliling kita, dalam setiap peristiwa yang kita alami, niscaya kita makin hari akan makin dilapangkan. Tuhan akan mempercayakan sesuatu kepada kita, agar kita mengekspresikan kasih karunia dan kelapangan-Nya. Jika tidak, itu adalah satu kerugian yang sangat besar.
11. LAPANG BUKAN BERARTI KASAR, GAMPANGAN, ACUH TAK ACUH
Lapang bukan berarti kasar, gampangan, acuh tak acuh, melainkan berjiwa besar, berpandangan jauh, memiliki hati Kristus dan wawasan Allah (1 Kor. 2:15-16; Flp. 2:5; 1 Yoh. 4:4).
LYD
1 Raja-raja 4:29
”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil.”
1 Petrus 2:23
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya - 60011
LAPANG
1. LAPANG ITU HIKMAT
Orang yang sudah memiliki keempat karakter yang terdahulu — Benar, Tepat, Ketat, Rajin — mudah menjadi kerdil, karena itu ia harus berlatih untuk menjadi lapang. ”Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal (hati) yang luas (lapang) seperti dataran pasir di tepi laut” (1 Raj. 4:29). Orang yang berkarakter kerdil adalah orang bodoh, sedang orang yang berkarakter lapang adalah orang hikmat atau bijak. Orang yang berhati lapang akan dipakai Allah secara maksimal, dan ia akan memperoleh banyak kekayaan rohani. Inilah hikmat.
2. ORANG YANG LAPANG BISA MELAKUKAN PERKARA BESAR
Karakter benar, tepat, ketat, dan rajin adalah terhadap diri sendiri, sedang lapang adalah terhadap orang lain. Orang yang lapang dada terhadap orang lain, pasti mudah beroleh terang besar dalam membaca Alkitab. Tetapi orang kerdil hanya beroleh sesuatu yang kerdil pula. Orang yang lapang bisa mengerjakan perkara besar, namun orang yang kerdil malah membuat perkara besar menjadi kecil.
Karena Allah memberikan kepada Salomo akal (hati) yang luas (lapang), maka ia bisa melayani Allah, memerintah rakyat kerajaan Israel yang banyak, menguasai raja-raja sebelah barat sungai, menyelesaikan pembangunan bait kudus yang sangat besar, yang ketika pentahbisannya, sekali mempersembahkan kurban, menghabiskan ratusan ribu ekor kambing dan lembu (1 Raj. 3:9, 4:29, 8:62-64). Melayani Tuhan, membangun gereja adalah perkara yang terbesar dalam dunia, maka hanya orang yang berjiwa besar yang sanggup melakukannya. Kalau tidak, pekerjaan Allah tidak akan berkembang.
Paulus adalah seorang yang berhati lapang. Dalam Filipi 1:15-18 dikatakan, ”Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, . . . sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.” Namun ia tetap bersukacita, karena bagaimanapun Kristus diberitakan. Orang-orang Korintus berhati sempit terhadap Paulus, tetapi hati Paulus terbuka lebar-lebar terhadap mereka (2 Kor. 6:11). Ia menganggap penghakiman orang terhadap dirinya sebagai perkara yang tak berarti (1 Kor. 4:3). Hati Paulus lapang, karena itu, ia bisa melakukan pekerjaan yang besar. Ia bisa membangun banyak gereja lokal, bisa membina banyak orang beriman, dan bisa menulis wahyu yang begitu tinggi dan besar.
Untuk menggembalakan gereja, kita perlu hati yang lapang. Seorang saudara berkata, ”Baik dalam mengkaji kebenaran, menuntut kerohanian, bergaul dengan saudara saudari, menilai orang, dan menangani perkara, semua harus belajar lapang hati.” Bila Anda menjamah perkara gereja dan perkara-perkara rohani, Anda harus belajar melapangkan hati Anda. Harus selalu melapangkan hati. Hanya hati yang lapang yang bisa membereskan banyak masalah.
Di antara tahun 1936 hingga 1937, selama satu dua tahun, saya sering melayani di sebuah gereja lokal di daerah Utara. Kaum saleh di sana sangat mengasihi Tuhan, tetapi anehnya, di sana selalu timbul masalah. Dan yang terlibat masalah bukan saudara saudari biasa, melainkan beberapa saudara pewajib. Setiap kali selesai menyampaikan berita, saya selalu mengumpulkan mereka untuk bersekutu dan berdoa, dan menyelesaikan masalah di antara mereka. Tetapi tak lama setelah saya meninggalkan mereka, masalah mereka timbul lagi. Kalau diperhatikan dengan cermat, ternyata penyebab permasalahan mereka sama sekali bukan karena mereka tidak mengasihi Tuhan; mereka semua sangat mengasihi Tuhan, tetapi mereka masing-masing mempunyai penyakit yang sama, yaitu berhati sempit, bahkan dalam perkara kecil pun mereka tidak mau saling mengalah. Misalnya, ketika balai sidang perlu membuat sebuah pintu, ada yang mengatakan harus selebar 120 cm, ada yang berkata cukup 100 cm, dan ada yang berkata, 90 cm sudah memadai. Karena saling tidak mau mengalah, maka terjadi pertengkaran yang menimbulkan masalah.
Coba Anda pikir, bagaimana cara kita membereskan masalah di antara mereka? Asalkan mereka mau melapangkan hati mereka, masalahnya pasti akan beres. Mengelola gereja harus melapangkan hati, kalau tidak, akan timbul banyak masalah. Hati Anda harus lapang, tidak saja dapat diisi kepalan tangan, bahkan dapat diisi seluruh bola bumi.
3. HATI YANG LAPANG MAMPU MENAMPUNG
Orang yang kerdil tidak bisa menahan tentangan orang lain, ia segera membalasnya. Namun orang yang lapang dada bisa menelan segalanya.
Pada suatu kali, murid-murid ingin menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan orang-orang Samaria, sebab orang-orang Samaria tidak menerima Tuhan. Tuhan berkata bahwa mereka tidak tahu bagaimana roh mereka (Luk. 9:51-56). Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sempit, karena itu mereka ingin membalas. Tuhan lalu berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan. Bukan membalas dendam dengan membinasakan, melainkan menyelamatkan. Tuhan melatih mereka supaya berlapang dada. Semua orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan adalah orang kerdil. Karena itu Alkitab mengatakan, ”Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” (Rm. 12:17). Paulus berkata, “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah” (1 Kor. 4:12-13). Inilah tanda hati yang lapang.
Tuhan pun berhati lapang. Ketika Ia disalibkan, Ia berdoa bagi orang yang menyalibkan-Nya, ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).
Demikian pula Madame Guyon, tidak dendam dan benci kepada orang-orang yang menganiayanya, tetapi mengasihi mereka dan berdoa bagi mereka.
Bisa memaafkan orang lain dan bisa memberkati orang yang mengutuk Anda, itu adalah masalah lapang hati. Hati Anda harus lapang sedemikian rupa sehingga begitu orang yang bersalah kepada Anda mengakui kesalahannya, Anda bisa memaafkannya. Walau seseorang menganiaya dan mencelakakan Anda, Anda tetap dapat mengasihinya, dan walaupun ia memusuhi Anda, Anda tetap bisa membiarkannya. Ini adalah masalah lapang hati.
Orang kerdil enggan memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalau orang berhutang seratus dinar kepadanya, ia lalu menangkap dan mencekik lehernya (Mat. 18:28-30). Kalaupun ia mengampuni, paling banyak hanya tujuh kali (Mat. 18:21). Orang yang lapang hati tidak menyimpan kesalahan orang lain dan tidak pemarah (1 Kor. 13:5). Walau orang berhutang puluhan ribu dinar kepadanya, ia tetap dapat mengampuni, ia bisa mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali; ia bisa menutupi segala sesuatu (1 Kor. 13:7).
Saudara Watchman Nee adalah seorang yang sangat lapang. Entah berapa kali ia dirongrong dan dimusuhi orang selama hidupnya, namun ia bisa memaafkan dan tidak menyimpan kesalahan orang. Pernah karena pabrik farmasi Shen Hua, ia ditentang, dikritik, difitnah, bahkan dicaci maki langsung oleh orang banyak. Tetapi ketika ia memulihkan ministrinya, ia bisa memaafkan mereka yang minta maaf kepadanya maupun yang tidak. Pada waktu Saudara Watchman Nee mengusahakan pabrik obat itu, ada seorang rekan sekerja yang bernama Tzang Yu Tse menentang paling hebat. Namun setelah Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, Saudara Tzang menyadari kesalahannya, dan minta maaf kepadanya. Saudara Watchman Nee dengan lapang hati memaafkannya, bahkan menganggap kesalahan itu tidak pernah terjadi; ia tetap bekerja sama dengannya. Pada tahun-tahun terakhir di Shanghai, Saudara Tzang malahan menjadi seorang rekan sekerja yang paling baik, dan pada akhirnya mati sahid seperti halnya Saudara Watchman Nee.
Ada seorang lagi, yaitu Saudari Lee Yuan Ru, yang juga tidak menyenangi Saudara Watchman Nee karena pabrik obat Shen Hua tersebut. Saudari ini sampai-sampai tawar hati, meninggalkan Shanghai, menetap di Suchow, dan putus hubungan beberapa tahun lamanya dengannya. Tetapi ketika Saudara Watchman Nee memulihkan ministrinya, pelayanan bidang literatur tetap dipercayakan kepada Saudari Lee. Saudara Watchman Nee sangat lapang dada, ia bisa merangkum orang yang tidak sependapat, bahkan yang menentangnya. Allahlah yang membuatnya menjadi orang yang lapang dada, karena itu ia bisa mempunyai begitu banyak rekan sekerja dan bisa memimpin begitu banyak anak Allah.
Martin Luther berkata, ”Hatiku terlalu lapang, terlalu sukacita, sehingga aku tidak mungkin bermusuhan dengan orang lain.” Spurgeon sering berkata kepada para penginjil, “Kalian wajib memiliki sebuah hati yang lapang, selapang bandar samudra Plymouth. Sebab berhasil tidaknya kalian mendapatkan jiwa bagi Kristus, tergantung pada ada tidaknya hati yang lapang dalam kalian.”
4. LAPANG BERARTI TIDAK EGOIS, TIDAK KIKIR
Orang yang kerdil pasti egois, juga kikir. Orang kerdil hanya menuntut keuntungan dirinya sendiri. Hati kita harus lapang, ”Bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak” (1 Kor. 10:33). ”Jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Rm. 15:1-2). Dan ”Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4).
Seorang saudara berkata, ”Kita wajib memiliki hati yang lapang, yang dapat merangkum semua anak-anak Allah, dan menganggap urusan mereka seperti urusan kita sendiri.”
Orang yang hanya mengasihi dirinya sendiri, ia adalah orang kerdil, demikian pula orang yang hanya mengasihi sekelompok orang dalam lingkungan tertentu. Setiap pelayan Allah wajib berhati lapang, sehingga semua orang bisa dirangkum dalam ribaannya; sebab Allah itu besar, setiap manusia terangkum dalam ribaan-Nya.
Paulus adalah orang yang lapang dada; orang yang makan daging, orang yang tidak makan daging, orang yang memelihara hari-hari raya, atau yang tidak memelihara hari raya, orang yang teguh, atau orang yang lemah, semua terangkum dalam dadanya. Ia berkata, ”Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya” (1 Kor. 9:22). Ia dapat merangkum orang macam apa pun.
Orang yang egois pasti juga kikir, merasa sayang untuk memberikan sesuatu kepada orang lain; kalaupun memberi, juga dengan takaran kecil. Ada orang yang berjiwa kerdil seperti takaran kecil yang digunakannya itu.
Orang yang lapang dada adalah orang yang suka memberi, ia mudah memberi, dan memberi dengan takaran besar. Kalau Allah memberi, Ia memberi dengan ”takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan yang dicurahkan ke dalam pangkuanmu” (Luk. 6:38). Dan Allah akan ”membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10).
Allah menyuruh kita lapang, tetapi Iblis menyuruh kita sempit. Yang paling bisa melapangkan hati manusia ialah mengeluarkan uang. Hari ini, di dunia ada ”dua Allah”: yang satu ialah Mamon, dan yang satu lagi ialah Allah yang sejati. Jika kita tidak mengasihi Allah, kita mengasihi Mamon. Ketika seseorang mengasihi Allah, baru hatinya bisa diperluas. Ada seorang beriman di antara kita. Tadinya ia mengikuti kebaktian di tempat tertentu selama 20 tahun, dan tidak pernah menganggukkan kepalanya kepada siapa pun. Suatu hari, ia mempersembahkan uangnya, dan sejak itu ia berubah. Dulu saya paling takut membuat laporan tentang persembahan uang kepada orang, tetapi sekarang tidak lagi. Saya nampak bahwa ini adalah satu jalan agar orang menerima kasih karunia. Orang yang makin rela mempersembahkan uangnya, ia akan semakin dipenuhi oleh kasih karunia.
5. ORANG KERDIL SEDIKIT PUN TIDAK MAU DIRUGIKAN
Orang kerdil selalu menghitung untung rugi. Kalau dilukai atau dirugikan sedikit saja, segera tidak terima, menggerutu, bahkan marah-marah. Sebaliknya, memberikan kebaikan sedikit saja kepada orang lain, mengira sangat banyak, sangat berjasa; menolong orang sedikit saja, menganggap kebajikannya luar biasa. Itulah ciri-ciri orang kerdil.
Saudara Chang berkata, ”Pada tahun 1949, Saudara Watchman Nee pernah datang ke Taiwan sebentar. Ia tinggal di rumah saya. Dalam kesempatan itu, saya mempunyai sedikit persekutuan dengannya. Saudara Nee mempunyai pandangan bahwa pulau itu kelak pasti bisa mengalami perkembangan yang baik. Ketika itu ada seorang saudara dari Taiwan datang ke Shanghai menemui Saudara Nee. Saudara Nee menyerahkan kepadanya uang sebanyak enam puluh ribu dollar Amerika untuk membeli sebidang tanah di Taiwan guna membangun balai sidang, dan memperluas pekerjaan Tuhan di pulau tersebut. Tetapi tidak disangka, setelah saudara itu kembali ke Taiwan, hatinya tergoda oleh uang, sehingga uang tadi dihabiskannya. Tanah tidak dibeli, uang pun lenyap tanpa bekas. Ketika Saudara Nee datang ke Taiwan dan mencari dia, tidak saja uangnya tidak dikembalikan, malahan ia meminta uang lagi kepada Saudara Nee. Tetapi hal itu dibiarkan begitu saja oleh Saudara Nee.”
Ketika Saudara Nee tinggal di rumah saya, ia bersekutu dengan saya dan empat pewajib gereja lainnya. Kami berkata, ”Saudara Nee, Anda tahu, kami datang ke sini merintis pekerjaan dengan susah payah, saudara saudari hanya ada beberapa puluh orang. Anda malah membiarkan uang sebanyak itu ditelan saudara itu, tidak merasa sayang.” Saudara Nee lalu mengatakan, ”Uang adalah benda yang paling hina dalam dunia. Siapa yang menyukainya, berikanlah kepadanya.” Ia berkata lagi, ”Dulu Tuhan Yesus menyerahkan kantong uang-Nya kepada Yudas, supaya Yudas yang mengurusnya. Padahal Tuhan tahu ia adalah seorang pencuri. Kita tidak mungkin menyuruh pencuri menjadi kasir atau bendahara kita, tetapi Tuhan Yesus menyuruh Yudas mengurus uang-Nya”. Saudara Nee meneruskan, ”Banyak orang mengira saya tidak mengerti soal pembukuan, padahal saya bukan tidak mengerti, melainkan saya tidak mau membuat perhitungan.”
6. ORANG YANG KERDIL PASTI SUBYEKTIF
Orang yang subyektif, senang orang lain menurut perkataannya; mengira caranya paling baik, jalannya paling tepat, dan semua orang wajib menempuh jalannya. Ia tidak tahan melihat orang yang berbeda dengan dirinya. Ketahuilah, orang yang paling kerdil dalam dunia adalah orang yang subyektif. Hanya orang yang lapang dada baru bisa menaruh kesabaran terhadap orang yang berbeda dengannya. Ada orang memberitakan Kristus dengan maksud baik, untuk mereka Paulus bersyukur kepada Allah; tetapi ada juga yang memberitakan Kristus karena dengki, untuk mereka pun Paulus tetap bersyukur kepada Allah, sebab bagaimanapun Kristus telah diberitakan (Flp. 1:15-18). Itulah kelapangan hati Paulus.
Orang kerdil menganggap opininya paling unggul, sehingga ia tidak mudah menerima pendapat orang lain. Tetapi orang yang lapang dada mudah menerima pendapat orang lain.
Ada seorang rekan sekerja berkata, ketika ia berkontak dengan saudara Watchman Nee, ia sangat terkesan bahwa Saudara Watchman Nee mudah sekali menerima persekutuan. Sering kali ia mengutarakan perasaan atau pendapatnya, dan Saudara Watchman Nee menanggapi dengan suatu pertimbangan; tidak saja dipertimbangkan, bahkan diterima. Menurut pandangan umum, sungguh tidak mudah menerima persekutuan orang lain, sebab ia dalam berbagai aspek lebih unggul daripada orang lain, lagi pula ia sangat berpengalaman. Namun ia tidak subyektif. Dalam memandang suatu perkara, ia selalu obyektif, mau menerima persekutuan orang lain.
7. ORANG YANG KERDIL MUDAH PUAS DIRI
Memiliki sesuatu sedikit saja sudah merasa luar biasa, itulah ciri-ciri orang yang kerdil. Sebuah cangkir yang kecil dituangi air sedikit saja sudah penuh. Seorang anak kecil memiliki uang sedikit saja, sudah mengira dirinya paling kaya di seluruh dunia. Orang yang mempunyai sedikit karunia, tetapi mengira dirinya hebat dan rohani, adalah orang yang kerdil. Orang kerdil puas dengan keberhasilannya yang sedikit, dan menjadikan hal itu sebagai kebanggaannya.
Kesombongan memang pernyataan dari kebodohan, tetapi itu berasal dari kekerdilan. Hati orang kerdil mudah menjadi sombong; orang yang berhati lapang tidak mudah sombong. Misalnya, pada suatu hari Anda menyampaikan suatu pemberitaan dengan baik, Anda lalu merasa bangga. Ini menyatakan bahwa Anda kerdil. Jika Anda lapang hati, jangankan membawakan berita satu kali dengan baik, membawakan ribuan berita dengan baik pun, Anda tidak akan merasa apa-apa. Semua kebodohan hanya membuktikan bahwa hati orang itu sempit. Semua kesombongan adalah bukti kekerdilan orang itu.
Kadangkala ada orang memuji Anda, ”Anda sungguh hebat, bisa melayani Tuhan!” Ketika Anda mendengar perkataan ini, Anda seperti kerub yang bersayap enam, langsung terbang ke langit. Mungkin mulut Anda berkata, ”Ah, tidak. Itu adalah belas kasihan Tuhan.” Namun Anda gembira dalam batin. Kita semua boleh jadi adalah orang-orang sedemikian. Dipuji sedikit saja sudah membubung ke langit; sebaliknya, direndahkan sedikit saja, seolah telah turun ke neraka. Orang yang tidak tahan dipuji atau direndahkan, adalah orang yang kerdil. Orang yang lapang hati tidak terpengaruh, baik dipuji maupun direndahkan.
Ketika Daud membunuh Goliat, perempuan-perempuan Israel menari-nari sambil menyanyi, ”Saul membunuh beriburibu, tetapi Daud membunuh berlaksa-laksa.” Mendengar ini Saul tidak senang bahkan marah, katanya, ”Sepuluh ribu untuk Daud, seribu untuk aku, hanya takhta kerajaan saja yang tidak untuk dia.” Sebaliknya Daud berhati lapang, ia sama sekali tidak terjamah oleh pujian itu.
Orang yang lapang, meskipun telah melakukan perkara yang besar, ia hanya berkata, ”Kami hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk. 17:10). Ia tidak membanggakan dirinya sendiri.
Orang yang lapang akan berkata seperti Paulus, ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna” (Flp. 3:12). Orang yang lapang pasti adalah ”Orang yang miskin di dalam roh” (Mat. 5:3 Tl.; Luk. 6:20).
8. ORANG YANG KERDIL SULIT BERKOORDINASI DENGAN ORANG LAIN
Takaran atau kapasitas orang yang kerdil sangat kecil. Ia sering menaruh curiga dan iri hati, sukar berkoordinasi dengan orang lain. Karena itu, ketika Paulus membahas masalah koordinasi, ia menghendaki kita belajar tidak saja tidak iri hati, juga ”jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” (1 Kor. 12:26).
Jika Anda tidak bisa berkoordinasi dengan orang lain di dalam gereja, itu membuktikan bahwa Anda adalah orang yang kerdil. Anda harus berlapang dada sedemikian rupa sehingga dapat berkoordinasi dengan siapa saja; sekalipun dengan orang yang bersifat daging dan aneh perangainya. Saudara atau saudari mana yang tidak memiliki kedagingan atau keanehan? Ada yang agak lumayan, ada juga yang keterlaluan. Dalam gereja lokal, di mana pun, hampir pasti ada satu atau dua saudara atau saudari yang aneh. Karena itu kita harus melapangkan dada, baru dapat merangkul mereka, berkoordinasi bersama.
9. KRISTUS ITU LAPANG
”Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam” (1 Ptr. 2:23). Inilah lapang. Ia memaafkan orang tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18:21-22). Ini juga pernyataan lapang. Ketika di salib, Ia bisa berdoa untuk orang-orang yang menyalibkan-Nya, agar diampuni Bapa (Luk. 23:34). Inilah bukti lapang dada. Ia sudah tahu bahwa Yudas sering mencuri uang, tetapi Ia tetap menyerahkan tugas keuangan kepadanya. Ini pun lapang.
Kristus itu lapang; yakni panjang, lebar, tinggi, dan dalam. Jika kita membiarkan Kristus berumah di dalam hati kita dan menjadikan Dia persona kita, kita pasti akan menjadi orang yang lapang (Ef. 3:17-18).
10. SEMUA KEADAAN DAN PERISTIWA BEKERJA
UNTUK MELAPANGKAN KITA
Jangan karena sedikit kesulitan saja, kita sudah tidak tahan; jangan karena satu kalimat, satu tatapan atau air muka yang masam, kita sudah luka; dan jangan dirugikan sedikit saja, kita sudah gusar. Ketahuilah, semua perkara yang menyakitkan kita justru akan membuat kita luas dan lapang. Bila orang menampar pipi kanan kita, berikanlah pipi kiri kita juga; bila orang mengambil baju Anda, berikanlah juga jubah Anda kepadanya; dan bila ada orang yang memaksa Anda berjalan satu mil, berjalanlah bersamanya sejauh dua mil (Mat. 5:39-41). Jika demikian, Anda pasti menjadi orang yang lapang.
Semua hal yang secara tidak adil dilakukan orang terhadap Anda, adalah untuk melapangkan Anda. Kalau sehelai baju diambil orang, sudah membuat Anda marah-marah dan kehilangan martabat orang beriman, itu membuktikan bahwa Anda kerdil. Kalau kita bisa bereaksi dengan hayat yang Allah karuniakan di batin kita, menerima dan menaati setiap pengaturan-Nya dalam lingkungan sekeliling kita, dalam setiap peristiwa yang kita alami, niscaya kita makin hari akan makin dilapangkan. Tuhan akan mempercayakan sesuatu kepada kita, agar kita mengekspresikan kasih karunia dan kelapangan-Nya. Jika tidak, itu adalah satu kerugian yang sangat besar.
11. LAPANG BUKAN BERARTI KASAR, GAMPANGAN, ACUH TAK ACUH
Lapang bukan berarti kasar, gampangan, acuh tak acuh, melainkan berjiwa besar, berpandangan jauh, memiliki hati Kristus dan wawasan Allah (1 Kor. 2:15-16; Flp. 2:5; 1 Yoh. 4:4).
LYD
B E N A R
”Allah adalah Benar”
Roma 3:4
”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”
Ibrani 13:8
”Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain . . .”
Efesus 4:24-25
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya – 60011
B E N A R
1. HAYAT DAN SIFAT ALLAH ADALAH BENAR
Roma 3:4 mengatakan, ”Allah adalah benar.” Efesus 4:24 mengatakan, ”Manusia baru, yang telah diciptakan menurut ke¬hendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Satu Tesalonika 1:9 mengatakan, ”Melayani Allah yang hi¬dup dan yang benar.” Dan 1 Yohanes 5:20 mengatakan, ”Dialah Allah yang benar.”
Allah adalah benar, sebab Allah tetap ada (Ibr. 1:10-11; Mzm. 90:2), selamanya tak berubah, ”padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak. 1:17). ”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8).
Firman Allah juga benar — ”Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Mzm. 33:9). ”Berfirmanlah Allah . . . Dan jadilah demikian” (Kej. 1:24). ”Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu ti¬dak akan berlalu” (Mat. 24:35). ”Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya” (1 Ptr. 1:25). ”Karena kamu telah dilahirkan kembali . . . melalui firman Allah, yang hidup dan yang ke¬kal” (1 Ptr. 1:23). Allah adalah ”Allah yang tidak berdusta” (Tit. 1:2). ”Sebab Kristus adalah ’ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan ’Amin’ untuk memuliakan Allah” (2 Kor. 1:20).
Dalam alam semesta, hanya Allah dan firman-Nya yang benar. Dalam suatu sidang pelatihan di Kuling yang dipimpin oleh Saudara Watchman Nee, selesai bersaksi, seorang saudara bertanya, ”Mengapa orang yang dulu pernah sakit, kemudian beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan, namun ge¬jala sakitnya tetap ada?” Saudara Watchman Nee menjawab, ”Hari ini dalam alam semesta hanya Allah dan firman-Nya yang benar, lainnya semua palsu. Karena itu, jika sudah beroleh firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu.” Saudara tadi berkata: Pertanyaan ini saya ajukan karena sejak tahun 1936 saya muntah darah sehingga harus berbaring sepanjang tahun 1937. Kemudian saya beroleh firman Tuhan dan mendapat ke¬sem¬buhan. Lalu saya pergi ke Cheefoo. Saat itu beberapa sau¬dara sudah pindah ke tempat lain, sehingga semua tugas dipi¬kul oleh kami yang masih muda. Setiap kali memberitakan Injil, kami selalu melakukannya dengan sekuat tenaga. Akibat¬nya, adakalanya saya masih bisa muntah darah. Gejala sakit itu terus berlangsung sampai tahun 1948. Ketika di Shanghai diadakan sidang khusus, gejala sakit itu menjadi lebih parah. Saudara Watchman Nee menjawab, ”Jika sudah ada firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu. Janganlah percaya kepa¬danya.” Kenyataannya sungguh demikian, sejak tahun 1948 hingga kini (1986), selama 38 tahun, gejala sakit itu tidak kam¬buh lagi, dan usia saya sekarang sudah lebih dari 70 tahun. Jawaban Saudara Wachman Nee sungguh indah, ia benar-benar adalah orang yang mengenal Allah.
Selanjutnya, Saudara Watchman Nee sendiri mengisahkan ke¬saksian bagaimana ia beroleh kesembuhan: Saya pernah se¬ka¬li menderita sakit parah, berturut-turut beberapa malam saya tidak dapat tidur. Suhu badan saya sangat tinggi, denyut nadi saya sangat cepat, saya merasa bahwa saya sudah tidak jauh da¬ri pintu maut. Pada malam itu, saya berdoa dan Tuhan mendengar doa saya. Keesokan siang harinya, Tuhan memberi saya sebuah firman, ”Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu” (Rm. 8:11). Saya lalu mengira bahwa hari itu saya pasti dapat tidur dengan baik. Tetapi faktanya lebih buruk lagi. Suhu badan saya malah semakin tinggi, denyut nadi pun semakin cepat. Setan segera mendatangi saya dan ber¬¬ka¬ta, ”Di manakah janji firman Allah itu? Lihatlah, kau tidak dihidupkan!” Saat itu juga Allah memberi saya dua ayat lagi: ”Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, me¬rekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia” (Yun.2:8); ”Firman-Mu itulah kebenaran” (Yoh. 17:17). Ayat pertama mengacu kepada keadaan lahir, yakni gejala sakit yang di luar, itu semua sia-sia dan dusta; dan ayat be¬rikutnya mengacu kepada firman Allah saja yang benar. Kalau demikian, bagaimanapun tingginya suhu badan dan cepatnya denyut nadi saya, semuanya itu semu, bahkan kesulitan tidur saya pun semu. Saya segera mengucap syukur kepada Allah dan berkata bahwa perkataan Roma 8:11 itulah yang benar, sedang semua gejala sakit saya adalah semu. Setelah saya beriman dan mengumumkan demikian, sore harinya suhu badan dan denyut nadi saya normal kembali, dan malamnya saya bi¬sa tidur dengan nyenyak.
2. HAYAT DAN SIFAT MANUSIA ADALAH SEMU
Pada satu aspek, Roma 3:4 mengatakan, ”Allah adalah benar,” pada aspek lain mengatakan, ”Manusia pembohong.” ”Sebab: ’Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala ke¬mu¬liaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur’” (1 Ptr. 1:24). ”Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14). ”. . . Kamu mencintai yang sia-sia dan mencari ke¬bo¬hongan” (Mzm. 4:3). Orang Israel menghendaki Barabas, me¬no¬lak Kristus (Mat. 27:21-22). Orang-orang di dunia hanya ingin uang, harta, kedudukan, dan reputasi; berambisi kepada ke¬muliaan yang semu, tetapi enggan akan Kristus yang benar dan kemuliaan yang sejati. ”Ia (orang-orang dunia) hanyalah ba¬yangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti” (Mzm. 39:7). Sibuk menimbun harta, tetapi pada akhirnya sia-sia belaka. Hanya Kristuslah yang sejati. Cari dan dapatkanlah Dia! Jangan memperebutkan harta yang tidak menentu.
Tuhan Yesus mencela orang Israel karena menyembah Allah dengan kepalsuan. ”Bangsa ini memuliakan Aku dengan bi¬birnya, padahal hatinya jauh dari Aku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku” (Mat. 15:8-9). Dalam hal menghormati orang tua, mereka juga semu: ”Tetapi kamu berkata: Siapa saja yang berkata kepada bapaknya atau kepada ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dari aku adalah persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapaknya atau ibunya” (Mat. 15:5-6). Dengan dalih itu, mereka tidak lagi memelihara orang tua mereka; mereka melakukan ke¬ba¬jikan semu. Seperti orang-orang Farisi yang munafik, ketika mem¬beri sedekah, meniup terompet di hadapan orang; ketika ber¬doa, senang berdiri di tempat ibadah atau di persimpangan jalan, agar kelihatan orang banyak; ketika berpuasa, wajahnya di¬¬bu¬at bermuram durja. Orang Farisi senang mencobai Tuhan melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, un¬¬tuk mendapatkan alasan menuduh Tuhan. Orang-orang Yahudi sangat bergairah terhadap Allah, namun tidak menurut pengetahuan yang benar, sebaliknya, mereka berusaha mendi¬rikan kebenaran mereka sendiri, dan tidak takluk kepada kebe¬naran Allah (Rm. 10:2-3).
Racun dusta Iblis telah terinjeksi ke dalam diri manusia, sehingga manusia menjadi pendusta, dan apa yang dikatakan dan dilakukan manusia menjadilah dusta, palsu dan sia-sia. ”Dasar orang Kreta pembohong . . .” (Tit. 1:12). Manusia telah men¬jadi anak-anak Iblis, Iblis adalah bapa semua orang yang berdusta (Yoh. 8:44).
3. GEREJA SESIFAT DENGAN ALLAH
Allah adalah benar, gereja sesifat dengan Allah, juga harus benar. Gereja adalah manusia baru ”yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:24). Dikatakan selanjutnya, ”Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain” (Ef. 4:25). Segala yang ada di dalam gereja, haruslah benar; kedustaan dan kepalsuan tidak seharusnya ada.
a. Gereja Tidak Boleh Mentolerir Dusta
Iblis mendirikan kerajaannya dengan dusta, Iblis merusak Kerajaan Allah juga dengan dusta. Karena itu, gereja tidak boleh mentolerir dusta dan kepalsuan. Tercatat dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira menjual tanah mereka dan menahan sebagian dari hasil penjualannya, mendustai Allah. Akibatnya, putuslah nyawa mereka.
b. Dalam Gereja, Segalanya Harus Berada
di dalam Roh dan Kebenaran
1) Menyembah dengan Roh dan Kebenaran
”Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24).
2) Menerima Sunat yang Sejati
”Sebab kitalah orang-orang bersunat yang beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak meng¬andalkan hal-hal lahiriah” (Flp. 3:3). ” . . . dan sunat sejati ialah su¬nat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harfiah” (Rm. 2:29).
3) Orang Yahudi Sejati
”Orang Yahudi sejati ialah yang melakukannya dari batin” (Rm. 2:29 Tl.); ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah de¬ngan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23).
Kisah kesaksian: Ada seorang anak negro bernama Yekana. Ia tinggal di asrama suatu misi penginjilan di Afrika Tengah. Sejak kecil ia sudah mendengar Injil dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Pada suatu hari, pembimbingnya menyuruh Yekana menyapu kelas. Ketika Yekana me¬nyapu sampai di depan sebuah almari besar, ia berpikir, ”Tidak perlu menyapu yang di balik almari. Disapu atau tidak, tetap tidak akan dilihat orang, buat apa menambah-nambah pekerjaan?” Namun, ada satu pikiran lain yang muncul, ”Di seluruh ruang kelas ini, ada satu tempat di mana saya boleh menyapunya untuk Tuhan, karena orang lain tidak akan tahu.” Demi¬¬kianlah kemudian ia menyapu bagian belakang almari besar itu. Saat menyapu, ia berdoa, ”Tuhan, aku menyapu tempat ini untuk-Mu.” Sungguh tepat dengan yang dikatakan dalam Kolose 3:23.
Dalam Efesus 6:5-7 dikatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya dengan tulus hati, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.
Seorang saudara mengatakan bahwa bahaya kaum saleh ia¬lah dari luarnya tidak mengubah kebiasaannya mengasihi Tuhan, namun dari dalamnya telah kehilangan kasih yang semula terhadap Tuhan.
4) Harus Menanggung Satu Kuk dengan Sesungguhnya
Bukan saling memperlakukan secara lahiriah, melainkan dengan sehati sejiwa (Flp. 4:3; 2 Kor. 12:18). Bersama melayani, juga bisa bersama berdoa; saling berbaur di dalam roh. Bukan hanya bersekutu di bibir, tetapi dalam roh harus saling memberi respon. Sehati di batin, sejalan di lahir.
4. HARUS MENJADI ORANG ISRAEL SEJATI
Orang Israel sejati adalah orang yang tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47). Melayani dalam gereja janganlah menyimpan maksud atau ambisi apa pun. Berambisi berarti licik. Harus murni untuk Tuhan, untuk gereja dengan setulusnya. Seperti syair sebuah lagu: ”Setiap pencinta Tuhan yang tulus, tidak menghiraukan bahagia atau celaka”.
5. BENAR BERARTI SELARAS LAHIR DAN BATIN
Bagaimana yang di dalam, begitu pula penyataannya yang di luar. Yohanes Pembaptis berkata kepada Herodes bah¬wa ia memperistri Herodias itu tidak halal (Mat. 14:4). Yohanes ada¬lah seorang yang benar; batin dan lahirnya selaras. Ketika Filipus bersaksi kepada Natanael tentang Tuhan Yesus, Natanael berkata, ”Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Ini benar, selaras lahir dan batin. Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, ”Lihat, inilah se¬orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”
Ketika di Antiokhia, Petrus bersikap lemah dalam kebenaran, yaitu berpura-pura meninggalkan kaum beriman bukan Yahudi, Barnabas juga ikut-ikutan berpura-pura. Melihat kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil, Paulus de¬ngan terus terang menentangnya. Ini benar (Gal. 2:11-15).
Tuhan menghendaki kita benar, ”Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak” (Mat. 5:37). Jangan lain di mulut, lain pula di hati.
Saudara Witness Lee berkata, ”Sering kali orang yang melayani dalam gereja sangat kawakan.” Maafkan saya berkata demikian, sangat kawakan sehingga menjadi ’hebat’. Walaupun hatinya sangat tidak menyukai seseorang, tetapi di luarnya tetap bisa bersenyum simpul. Kalau Anda tidak menyenangi seseorang atas sikapnya yang tidak benar, Anda tidak boleh melampiaskan amarah kepadanya, itu benar; tetapi senyum simpul dengan pura-pura, itu tidak seharusnya, itu munafik. Anda ha¬rus menunjukkan sikap serius di hadapannya sehingga ia merasakan bahwa Anda tidak menyukainya. Ini baru benar. Tidak melampiaskan amarah itu benar, namun bersenyum dengan pura-pura itu tidak benar. Dalam organisasi masyarakat, orang mungkin berpura-pura, bermain politik, atau main kayu, tetapi di dalam gereja, terhadap saudara saudari, tidak boleh demikian. Lebih-lebih orang yang melayani, harus ada kebenaran dan kejujuran. Baik tutur kata, sikap, pernyataan, maupun pergaulan dengan saudara saudari, harus ada kebenaran dan kejujuran.
Begitu Anda tidak benar dan tidak jujur, Anda membawa suatu maksud tertentu, itu berarti bermain politik, itu adalah kusta pada pakaian yang dikatakan dalam Imamat 13. Misalnya, Anda memberi sesuatu kepada seorang saudara kare¬na memang Anda di hadapan Allah mempunyai beban, pera¬saan, dan kasih kepadanya. Kemudian, perbuatan lahir Anda se¬su¬ai dengan batin Anda. Itu adalah perkara yang indah. Namun jika hal itu Anda lakukan tanpa beban, tanpa pim¬pinan, dan tanpa kasih, melainkan karena bermaksud meminta agar ia mengerjakan sesuatu demi kepentingan Anda, itu adalah kusta pada pakaian di hadapan Allah. Hal demikian pantang dila¬kukan.
Saudara saudari, sampai-sampai kesungkanan dan sopan san¬tun kita pun harus benar, tulus ikhlas. Jangan di luarnya ber¬¬jabat tangan, tetapi di dalam hati menggeleng-gelengkan kepala.
Memang kita harus mengekang amarah. Misalkan, ada beberapa saudara bermasalah, lalu masalah itu dibawa ke hadapan Anda. Anda tahu bahwa Anda tidak boleh marah-marah, ka¬rena itu, Anda menahan diri dan berwajah manis terhadap mere¬¬ka. Namun setelah mereka pergi, Anda segera menggerutu, de¬ngan marah sekali Anda berkata, ”Mereka benar-benar kurang ajar! Selama aku melayani, aku tidak pernah menginginkan uang mereka, mengapa mereka begitu merongrong aku!” Jika demikian, itu adalah mengekang amarah dengan mu¬¬na¬¬fik. Jangan sekali-kali kita berbuat demikian. Pengekangan yang sesungguhnya ialah Anda tunduk di bawah kuasa tangan Tuhan, menerima pengaturan Tuhan, dan menanggulangi temperamen Anda. Anda tidak saja menerima penanggulangan di hadapan saudara-saudara, setelah mereka pergi, Anda pun harus menerima penanggulangan di hadapan Tuhan. Dengan rasa sesal Anda harus berkata, ”O Tuhan, aku mengakui bahwa temperamenku sangat buruk, aku sungguh benci akan diriku sen¬diri. Tuhan, aku mohon belas kasihan-Mu, kalau tidak, gereja akan kacau karena aku.” Inilah pengekangan temperamen yang sesungguhnya.
Ada juga orang yang hidupnya tidak konsisten, lain di luar, lain pula di gereja, di hadapan saudara saudari. Demikian adalah munafik. Kehidupan kita di tengah-tengah kaum saleh seharusnya sama dengan kehidupan kita yang individual. Bagaimanapun, kita harus menjadi orang yang benar dan konsisten. Sebagai seorang yang melayani, yang dibutuhkan adalah manusia Anda, bukan cara Anda, sebab bukan cara yang bisa mengatur gereja, melainkan manusia.
Seorang saudara berkata, ”Kalau keadaan Anda tidak be¬¬gi¬tu baik, tetapi Anda buat-buat supaya kelihatan baik, itu berarti tidak bening. Kondisi orang Kristen harus bening, karena ke¬lak di hadapan Allah, segalanya bening. Sebab itu, hari ini kita harus menjadi manusia yang bening, yang apa adanya, jangan bersandiwara.”
Adakalanya jika terlampau mahir dalam menangani suatu perkara, seseorang mudah sekali menjadi orang yang bermuka dua, bisa hitam, bisa putih. Seperti mempunyai dua lidah, bisa me¬ng¬ucapkan dua jenis perkataan. Orang yang melayani tidak seharusnya demikian. Harus konsisten, apa yang terkandung di ha¬ti, itu pula yang dinyatakan di bibir dan perbuatan.
Orang Kristen memang harus belajar membawa diri, tetapi jangan munafik seperti yang dilakukan khalayak dalam ma¬syarakat hari ini. Misalnya, ada seorang saudara bermasalah di hadapan Allah, Anda mengetahui hal itu. Kemudian ia datang membicarakan masalahnya kepada Anda. Bagaimana sikap Anda? Kalau Anda tidak mampu menegurnya, Anda tidak bo¬leh mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Anda harus mem¬per¬¬¬timbangkan keadaannya dan daya penerimaannya. Kalau dia tidak bisa menerima teguran Anda, lebih baik Anda ber¬di¬am diri. Jangan sekali-kali Anda bersikap munafik dan ber¬kata kepadanya, ”Saudara, Anda tidak bersalah, Anda baik.”
Saudara Witness Lee sering menjumpai kasus seperti di bawah ini. Adakalanya, setelah saudara yang bermasalah itu ber¬bincang-bincang dan pergi, saudara pewajib gereja yang ta¬di¬nya berkata bahwa saudara itu benar, segera berkata kepada saudara Lee, ”Saudara Lee, saudara tadi itu sangat tidak ka¬ruan.” Saudara Lee lalu berkata, ”Anda telah menipu saudara Anda.” Saudara pewajib itu malah menjelaskan bahwa saudara itu buruk sekali temperamennya, dan pasti ia akan segera naik pitam jika disalahkan, bahkan bisa memukul. Kata Saudara Lee, ”Saudara, sekalipun Anda takut dipukul olehnya, Anda ti¬dak seharusnya mengatakan bahwa ia benar, itu adalah mu¬na¬fik. Kalau Anda merasa bahwa ia tidak bisa menerima, ke¬tika ia membicarakan kasusnya kepada Anda, lebih baik Anda di¬am saja. Tutup mulut pada saat-saat demikian sering kali le¬bih be¬sar khasiatnya daripada berterus terang. Anda tidak usah mem¬¬bangkitkan amarahnya, namun Anda pun jangan memu¬jinya.”
Segala perkara di kolong langit ini, kecuali yang tidak Anda lakukan, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang, ti¬¬dak peduli bagaimana ketatnya Anda merahasiakannya. Mi¬salnya, Anda berkata kepada seorang saudara bahwa ia lu¬ma¬yan baik, tetapi setelah ia pergi, Anda berkata kepada orang la¬in bahwa ia sangat tidak karuan. Camkan baik-baik: Komen¬tar Anda itu, tidak sampai setengah tahun akan sampai ke te¬linganya. Dan ia akan berkata, bahwa Anda tidak benar dan ber¬muka dua. Ini berarti Anda mengkhianati diri Anda sendiri.
Satu contoh lagi: Misalnya ada seorang saudara meng¬a¬jukan satu usul kepada Anda, yaitu agar diadakan sidang untuk pembacaan Alkitab. Anda memang tidak berselera terha¬dap pem¬bacaan Alkitab dan Anda lebih menyukai berdoa, ka¬re¬na itu Anda sama sekali tidak mau menerima usulnya. Na¬mun, Anda bermain politik, Anda lalu beralasan bahwa sekarang ini, ha¬ri Senin untuk sidang pewajib rumahan, hari Selasa untuk berdoa, hari Rabu untuk pembinaan orang yang baru percaya, hari Kamis untuk penginjilan, hari Jumat untuk anu, dan hari Sabtu untuk remaja. Jadi tidak ada waktu untuk pembacaan Alkitab. Batin Anda tahu bahwa dengan berkata demikian, Anda telah menipu saudara Anda. Sebenarnya, ma¬salah da¬lam batin Anda bukannya tidak ada waktu, melainkan tidak ber¬selera, itu hanya dalih belaka. Ingatlah, pertama kali Anda ber-dalih demikian, mungkin ia tidak merasa, tetapi lambat laun ia akan mengerti. Terhadap anak kecil saja kita ti¬dak bisa sering membohonginya, apalagi terhadap orang dewa¬sa. Pertama kali Anda menipu dia, dia percaya bahwa Anda benar, tetapi bila la¬in kali Anda mengulangi kata-kata itu, ia akan mengerti bah¬wa Anda sedang bermain politik. Karena itu, harus belajar me¬ne¬rima dari dalam hati. Jika Anda memang ti¬dak bisa mene¬rima, Anda boleh tidak memberi respon apa-apa, atau terus te¬rang saja berkata kepada saudara itu bahwa Anda tidak setuju me¬ngadakan sidang untuk pembacaan Alki¬tab seperti yang ia usul¬kan. Jangan sekali-kali Anda menjadi poli¬¬tikus, dengan ala¬san ini dan itu, Anda mengatakan kata-kata yang politis. Akibat yang ditimbulkan oleh hikmat duniawi lebih mencelakakan orang daripada berbicara dengan terus terang. Kadang-kadang le¬bih baik berterus terang, berbicara apa adanya, kalau ya, katakan ”Ya”, kalau tidak, katakan ”Tidak”. Andaikata orang itu tidak mau menerima, kita boleh diam, tetapi jangan men¬cari alasan.
6. BENAR BERARTI TIDAK MENUTUP-NUTUPI
Kadangkala, demi kebaikan orang lain, kita tidak perlu ber¬¬komentar, dengan hikmat kita boleh mengalihkan ke perkara la¬in, tetapi jangan dengan kondisi lain menutup-nutupi kondisi yang sedang Anda hadapi.
Dalam Injil Matius 21:27 tercatat, orang-orang Farisi berpura-pura mengatakan, ”Kami tidak tahu,” itu munafik. Lalu Tuhan berkata, ”Aku juga tidak mengatakan kepadamu,” ini be¬nar dan berhikmat.
Kita harus hidup dalam roh dan tinggal di dalam kasih, ba¬rulah kita bisa menjadi orang yang benar dan berhikmat.
7. ORANG YANG BENAR
BARU BISA DIPERCAYA OLEH ORANG LAIN
Setiap pelayan Tuhan harus bisa dipercaya oleh orang lain, namun hanya orang yang berkarakter benar baru bisa men¬¬dapat kepercayaan orang.
Ada orang, saat ia berjumpa dengan saudara yang tengah mengalami kekurangan, ia berkata kepadanya, ”Oh, Anda se¬dang kekurangan? Semoga Tuhan memelihara Anda.” Tetapi, be¬gitu ia membalikkan badannya, ia sama sekali sudah melu¬pakan saudara tersebut. Itu adalah ucapan munafik. Ia sama sekali tidak mempunyai hati, tidak seharusnya berkata begitu. Sau¬¬dara itu kehilangan mata pencaharian, ia sedang menderita. Kalau Anda tidak menaruh rasa prihatin terhadapnya, ja¬nganlah Anda dengan pura-pura membuat pernyataan itu. Itu adalah munafik. Kalau Anda hanya sekali itu menjadi orang munafik lalu segera berpindah ke bulan, itu boleh saja. Tetapi jika ti¬dak, lambat laun bila orang mendengar Anda berkata, ”Oh” lagi, orang akan muak mendengarnya. Orang lain akan menilai Anda sebagai orang yang munafik.
Camkanlah: Tidak seorang pun yang membangun dirinya sen¬diri dengan kemunafikan bisa sukses. Bila Anda munafik, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang. Orang yang ti¬dak bisa dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin sukses.
8. ORANG YANG BENAR RELA
MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI
Pekerjaan Tuhan menuntut pelayan-Nya berkorban. Orang yang tidak berkarakter benar, tidak mungkin mau berkorban un¬tuk orang lain, dan tidak mungkin mati sahid bagi Tuhan. Mes¬ki¬pun kasih Tuhan mendorong kita sehingga kita berniat berkor¬ban bagi orang lain, tetapi jika kita tidak memiliki karakter ber¬kor¬ban, mustahillah kita bisa menyesuaikan diri de¬ngan hayat Tuhan yang berkorban itu. Orang yang selalu be¬rebut kemanis¬an dan mundur bila datang kesukaran, bukanlah orang yang benar.
Syair Kidung No. 349 mengisahkan, ”banyak orang yang tidak mau menempuh jalan Tuhan, namun mereka mau berkat Tuhan. Mereka mau berkat Tuhan, namun tidak mau memikul sa¬¬lib Tuhan.” Orang yang tidak mau menderita adalah orang yang tidak benar. Selanjutnya dikatakan, ”Kalau Tuhan selalu memberi dan menyediakan baginya, ia akan memuji nyaring. Namun, kalau Tuhan meminta sedikit darinya, ia segera sakit hati, menggerutu.” Orang yang demikian adalah orang yang ti¬dak benar. Terakhir dikatakan, ”Namun bagi pencinta-Nya, se¬mua (baik derita atau berkat) tak dihiraukan. Bahkan nyawa dan darah mereka pun rela mereka korbankan bagi Tuhan. Mo¬hon Tuhan memberiku tekad semacam ini, setia tanpa mem¬pe¬dulikan hidup atau mati.
Orang yang demikian barulah orang yang benar, barulah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. ”Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah me¬nye¬rahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menye¬rahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita” (1 Yoh. 3:16). Paulus adalah orang yang benar, maka ia rela berkorban untuk kaum saleh. Paulus berkata, ” . . . bukan saja rela mem¬ba¬gi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu” (1 Tes. 2:8).
Ketika untuk terakhir kalinya Saudara Watchman Nee da¬tang ke Hongkong, saudara-saudara menasihatinya agar jangan kembali ke daratan China, sebab jika ia kembali masuk, ia ti¬dak akan bisa keluar lagi. Tetapi ia berkata, ”Kita telah me¬nge¬luarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja. Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedu¬likannya? Demikian, pada masa para rasul sebermula, ketika keadaan demikian, bukankah mereka tetap tinggal di Yerusa¬lem? Aku tidak menghiraukan nyawaku. Jika rumah akan ru¬buh, dan anak-anakku ada di dalam rumah, aku harus sekuatnya menopang rumah itu. Sekalipun itu akan meminta nyawaku, aku tidak menyayanginya.” Demikianlah ia kemudian kem¬bali ke China daratan. Setelah masuk, beberapa lama kemu¬¬dian ia ditangkap dan dipenjarakan selama 20 tahun, dan akhirnya mati dalam penjara. Ia adalah orang yang rela me¬ngorbankan segalanya untuk saudara saudari.
9. ORANG YANG BENAR BARU MANTAP
Setiap pelayan Tuhan harus benar; tanpa kebenaran, ti¬dak mungkin mantap. Membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, atau me¬mim¬pin orang, harus benar. Jika tidak, niscaya tidak bisa man¬tap. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin membaca Alkitab de¬ngan tun¬tas, ia tidak mungkin memberi bantuan yang sesung¬guhnya ke¬pa¬da orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mung¬kin bisa melayani gereja, ia tidak bernilai di tangan Tuhan.
10. HARUS BENAR JUGA HARUS MENUNTUT
PEREMUKAN HAYAT ALAMIAH
Jika perlu marah, boleh marah, baru bisa marah; tidak se¬ha¬¬rusnya marah, tidak boleh marah, baru bisa mengenda¬likan diri.
Seperti Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang berjual-beli di Bait Allah, Ia bahkan membalikkan meja-meja penukar uang (Mat. 21). Mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah ia memandang sekeliling-Nya (Mrk. 3:5). Dan seperti Paulus menegur orang-orang Korintus (1 Kor. 3:1-3; 4:21).
Musa bisa memarahi orang Israel, ia pun bisa mendoakan me¬¬re¬¬ka (Kel. 32:19-20, 30-32; Bil. 16:15, 41-46). Saudara Watchman Nee bisa menegur seorang saudara muda, setelah itu, ia bisa duduk bersamanya sambil berbincang-bincang. Ini me¬¬nyatakan bahwa mereka pernah menuntut pelajaran pe¬re¬mukan.
11. KARAKTER SANGAT BERBEDA DENGAN MORAL
”Benar” yang kita katakan di sini bukan mengacu kepada ”tidak berbohong”. Karena orang yang suka berbohong mung¬kin sangat benar dalam memperlakukan orang lain, dan orang yang sangat bermoral, mungkin tidak pernah benar ter¬ha¬dap orang lain. Lawan kesungguhan adalah kepalsuan, ini masalah mora¬litas, masalah kebaikan atau kejahatan. Namun, ”benar” yang kita bahas di sini, bukan masalah moral, me¬lainkan ma-salah sifat. Tetapi karena sebagian besar merupakan hasil pembinaan manusia, maka disebut karakter.
LYD
Roma 3:4
”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”
Ibrani 13:8
”Dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain . . .”
Efesus 4:24-25
Yayasan Perpustakaan Injil Indonesia
Kotak Pos 1114
Surabaya – 60011
B E N A R
1. HAYAT DAN SIFAT ALLAH ADALAH BENAR
Roma 3:4 mengatakan, ”Allah adalah benar.” Efesus 4:24 mengatakan, ”Manusia baru, yang telah diciptakan menurut ke¬hendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Satu Tesalonika 1:9 mengatakan, ”Melayani Allah yang hi¬dup dan yang benar.” Dan 1 Yohanes 5:20 mengatakan, ”Dialah Allah yang benar.”
Allah adalah benar, sebab Allah tetap ada (Ibr. 1:10-11; Mzm. 90:2), selamanya tak berubah, ”padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak. 1:17). ”Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8).
Firman Allah juga benar — ”Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Mzm. 33:9). ”Berfirmanlah Allah . . . Dan jadilah demikian” (Kej. 1:24). ”Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu ti¬dak akan berlalu” (Mat. 24:35). ”Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya” (1 Ptr. 1:25). ”Karena kamu telah dilahirkan kembali . . . melalui firman Allah, yang hidup dan yang ke¬kal” (1 Ptr. 1:23). Allah adalah ”Allah yang tidak berdusta” (Tit. 1:2). ”Sebab Kristus adalah ’ya’ bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh karena Dia kita mengatakan ’Amin’ untuk memuliakan Allah” (2 Kor. 1:20).
Dalam alam semesta, hanya Allah dan firman-Nya yang benar. Dalam suatu sidang pelatihan di Kuling yang dipimpin oleh Saudara Watchman Nee, selesai bersaksi, seorang saudara bertanya, ”Mengapa orang yang dulu pernah sakit, kemudian beroleh firman Tuhan dan mendapat kesembuhan, namun ge¬jala sakitnya tetap ada?” Saudara Watchman Nee menjawab, ”Hari ini dalam alam semesta hanya Allah dan firman-Nya yang benar, lainnya semua palsu. Karena itu, jika sudah beroleh firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu.” Saudara tadi berkata: Pertanyaan ini saya ajukan karena sejak tahun 1936 saya muntah darah sehingga harus berbaring sepanjang tahun 1937. Kemudian saya beroleh firman Tuhan dan mendapat ke¬sem¬buhan. Lalu saya pergi ke Cheefoo. Saat itu beberapa sau¬dara sudah pindah ke tempat lain, sehingga semua tugas dipi¬kul oleh kami yang masih muda. Setiap kali memberitakan Injil, kami selalu melakukannya dengan sekuat tenaga. Akibat¬nya, adakalanya saya masih bisa muntah darah. Gejala sakit itu terus berlangsung sampai tahun 1948. Ketika di Shanghai diadakan sidang khusus, gejala sakit itu menjadi lebih parah. Saudara Watchman Nee menjawab, ”Jika sudah ada firman Allah, maka gejala sakit itu adalah semu. Janganlah percaya kepa¬danya.” Kenyataannya sungguh demikian, sejak tahun 1948 hingga kini (1986), selama 38 tahun, gejala sakit itu tidak kam¬buh lagi, dan usia saya sekarang sudah lebih dari 70 tahun. Jawaban Saudara Wachman Nee sungguh indah, ia benar-benar adalah orang yang mengenal Allah.
Selanjutnya, Saudara Watchman Nee sendiri mengisahkan ke¬saksian bagaimana ia beroleh kesembuhan: Saya pernah se¬ka¬li menderita sakit parah, berturut-turut beberapa malam saya tidak dapat tidur. Suhu badan saya sangat tinggi, denyut nadi saya sangat cepat, saya merasa bahwa saya sudah tidak jauh da¬ri pintu maut. Pada malam itu, saya berdoa dan Tuhan mendengar doa saya. Keesokan siang harinya, Tuhan memberi saya sebuah firman, ”Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang tinggal di dalam kamu” (Rm. 8:11). Saya lalu mengira bahwa hari itu saya pasti dapat tidur dengan baik. Tetapi faktanya lebih buruk lagi. Suhu badan saya malah semakin tinggi, denyut nadi pun semakin cepat. Setan segera mendatangi saya dan ber¬¬ka¬ta, ”Di manakah janji firman Allah itu? Lihatlah, kau tidak dihidupkan!” Saat itu juga Allah memberi saya dua ayat lagi: ”Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, me¬rekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia” (Yun.2:8); ”Firman-Mu itulah kebenaran” (Yoh. 17:17). Ayat pertama mengacu kepada keadaan lahir, yakni gejala sakit yang di luar, itu semua sia-sia dan dusta; dan ayat be¬rikutnya mengacu kepada firman Allah saja yang benar. Kalau demikian, bagaimanapun tingginya suhu badan dan cepatnya denyut nadi saya, semuanya itu semu, bahkan kesulitan tidur saya pun semu. Saya segera mengucap syukur kepada Allah dan berkata bahwa perkataan Roma 8:11 itulah yang benar, sedang semua gejala sakit saya adalah semu. Setelah saya beriman dan mengumumkan demikian, sore harinya suhu badan dan denyut nadi saya normal kembali, dan malamnya saya bi¬sa tidur dengan nyenyak.
2. HAYAT DAN SIFAT MANUSIA ADALAH SEMU
Pada satu aspek, Roma 3:4 mengatakan, ”Allah adalah benar,” pada aspek lain mengatakan, ”Manusia pembohong.” ”Sebab: ’Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala ke¬mu¬liaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur’” (1 Ptr. 1:24). ”Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14). ”. . . Kamu mencintai yang sia-sia dan mencari ke¬bo¬hongan” (Mzm. 4:3). Orang Israel menghendaki Barabas, me¬no¬lak Kristus (Mat. 27:21-22). Orang-orang di dunia hanya ingin uang, harta, kedudukan, dan reputasi; berambisi kepada ke¬muliaan yang semu, tetapi enggan akan Kristus yang benar dan kemuliaan yang sejati. ”Ia (orang-orang dunia) hanyalah ba¬yangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti” (Mzm. 39:7). Sibuk menimbun harta, tetapi pada akhirnya sia-sia belaka. Hanya Kristuslah yang sejati. Cari dan dapatkanlah Dia! Jangan memperebutkan harta yang tidak menentu.
Tuhan Yesus mencela orang Israel karena menyembah Allah dengan kepalsuan. ”Bangsa ini memuliakan Aku dengan bi¬birnya, padahal hatinya jauh dari Aku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku” (Mat. 15:8-9). Dalam hal menghormati orang tua, mereka juga semu: ”Tetapi kamu berkata: Siapa saja yang berkata kepada bapaknya atau kepada ibunya: Segala bantuan yang seharusnya engkau terima dari aku adalah persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapaknya atau ibunya” (Mat. 15:5-6). Dengan dalih itu, mereka tidak lagi memelihara orang tua mereka; mereka melakukan ke¬ba¬jikan semu. Seperti orang-orang Farisi yang munafik, ketika mem¬beri sedekah, meniup terompet di hadapan orang; ketika ber¬doa, senang berdiri di tempat ibadah atau di persimpangan jalan, agar kelihatan orang banyak; ketika berpuasa, wajahnya di¬¬bu¬at bermuram durja. Orang Farisi senang mencobai Tuhan melalui mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Tuhan, un¬¬tuk mendapatkan alasan menuduh Tuhan. Orang-orang Yahudi sangat bergairah terhadap Allah, namun tidak menurut pengetahuan yang benar, sebaliknya, mereka berusaha mendi¬rikan kebenaran mereka sendiri, dan tidak takluk kepada kebe¬naran Allah (Rm. 10:2-3).
Racun dusta Iblis telah terinjeksi ke dalam diri manusia, sehingga manusia menjadi pendusta, dan apa yang dikatakan dan dilakukan manusia menjadilah dusta, palsu dan sia-sia. ”Dasar orang Kreta pembohong . . .” (Tit. 1:12). Manusia telah men¬jadi anak-anak Iblis, Iblis adalah bapa semua orang yang berdusta (Yoh. 8:44).
3. GEREJA SESIFAT DENGAN ALLAH
Allah adalah benar, gereja sesifat dengan Allah, juga harus benar. Gereja adalah manusia baru ”yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef. 4:24). Dikatakan selanjutnya, ”Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain” (Ef. 4:25). Segala yang ada di dalam gereja, haruslah benar; kedustaan dan kepalsuan tidak seharusnya ada.
a. Gereja Tidak Boleh Mentolerir Dusta
Iblis mendirikan kerajaannya dengan dusta, Iblis merusak Kerajaan Allah juga dengan dusta. Karena itu, gereja tidak boleh mentolerir dusta dan kepalsuan. Tercatat dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira menjual tanah mereka dan menahan sebagian dari hasil penjualannya, mendustai Allah. Akibatnya, putuslah nyawa mereka.
b. Dalam Gereja, Segalanya Harus Berada
di dalam Roh dan Kebenaran
1) Menyembah dengan Roh dan Kebenaran
”Allah itu Roh dan siapa saja yang menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:24).
2) Menerima Sunat yang Sejati
”Sebab kitalah orang-orang bersunat yang beribadah oleh Roh Allah dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak meng¬andalkan hal-hal lahiriah” (Flp. 3:3). ” . . . dan sunat sejati ialah su¬nat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harfiah” (Rm. 2:29).
3) Orang Yahudi Sejati
”Orang Yahudi sejati ialah yang melakukannya dari batin” (Rm. 2:29 Tl.); ”Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah de¬ngan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:23).
Kisah kesaksian: Ada seorang anak negro bernama Yekana. Ia tinggal di asrama suatu misi penginjilan di Afrika Tengah. Sejak kecil ia sudah mendengar Injil dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya. Pada suatu hari, pembimbingnya menyuruh Yekana menyapu kelas. Ketika Yekana me¬nyapu sampai di depan sebuah almari besar, ia berpikir, ”Tidak perlu menyapu yang di balik almari. Disapu atau tidak, tetap tidak akan dilihat orang, buat apa menambah-nambah pekerjaan?” Namun, ada satu pikiran lain yang muncul, ”Di seluruh ruang kelas ini, ada satu tempat di mana saya boleh menyapunya untuk Tuhan, karena orang lain tidak akan tahu.” Demi¬¬kianlah kemudian ia menyapu bagian belakang almari besar itu. Saat menyapu, ia berdoa, ”Tuhan, aku menyapu tempat ini untuk-Mu.” Sungguh tepat dengan yang dikatakan dalam Kolose 3:23.
Dalam Efesus 6:5-7 dikatakan bahwa seorang hamba harus melayani tuannya dengan tulus hati, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang.
Seorang saudara mengatakan bahwa bahaya kaum saleh ia¬lah dari luarnya tidak mengubah kebiasaannya mengasihi Tuhan, namun dari dalamnya telah kehilangan kasih yang semula terhadap Tuhan.
4) Harus Menanggung Satu Kuk dengan Sesungguhnya
Bukan saling memperlakukan secara lahiriah, melainkan dengan sehati sejiwa (Flp. 4:3; 2 Kor. 12:18). Bersama melayani, juga bisa bersama berdoa; saling berbaur di dalam roh. Bukan hanya bersekutu di bibir, tetapi dalam roh harus saling memberi respon. Sehati di batin, sejalan di lahir.
4. HARUS MENJADI ORANG ISRAEL SEJATI
Orang Israel sejati adalah orang yang tidak ada kepalsuan di dalamnya (Yoh. 1:47). Melayani dalam gereja janganlah menyimpan maksud atau ambisi apa pun. Berambisi berarti licik. Harus murni untuk Tuhan, untuk gereja dengan setulusnya. Seperti syair sebuah lagu: ”Setiap pencinta Tuhan yang tulus, tidak menghiraukan bahagia atau celaka”.
5. BENAR BERARTI SELARAS LAHIR DAN BATIN
Bagaimana yang di dalam, begitu pula penyataannya yang di luar. Yohanes Pembaptis berkata kepada Herodes bah¬wa ia memperistri Herodias itu tidak halal (Mat. 14:4). Yohanes ada¬lah seorang yang benar; batin dan lahirnya selaras. Ketika Filipus bersaksi kepada Natanael tentang Tuhan Yesus, Natanael berkata, ”Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Ini benar, selaras lahir dan batin. Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia, ”Lihat, inilah se¬orang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”
Ketika di Antiokhia, Petrus bersikap lemah dalam kebenaran, yaitu berpura-pura meninggalkan kaum beriman bukan Yahudi, Barnabas juga ikut-ikutan berpura-pura. Melihat kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan kebenaran Injil, Paulus de¬ngan terus terang menentangnya. Ini benar (Gal. 2:11-15).
Tuhan menghendaki kita benar, ”Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak” (Mat. 5:37). Jangan lain di mulut, lain pula di hati.
Saudara Witness Lee berkata, ”Sering kali orang yang melayani dalam gereja sangat kawakan.” Maafkan saya berkata demikian, sangat kawakan sehingga menjadi ’hebat’. Walaupun hatinya sangat tidak menyukai seseorang, tetapi di luarnya tetap bisa bersenyum simpul. Kalau Anda tidak menyenangi seseorang atas sikapnya yang tidak benar, Anda tidak boleh melampiaskan amarah kepadanya, itu benar; tetapi senyum simpul dengan pura-pura, itu tidak seharusnya, itu munafik. Anda ha¬rus menunjukkan sikap serius di hadapannya sehingga ia merasakan bahwa Anda tidak menyukainya. Ini baru benar. Tidak melampiaskan amarah itu benar, namun bersenyum dengan pura-pura itu tidak benar. Dalam organisasi masyarakat, orang mungkin berpura-pura, bermain politik, atau main kayu, tetapi di dalam gereja, terhadap saudara saudari, tidak boleh demikian. Lebih-lebih orang yang melayani, harus ada kebenaran dan kejujuran. Baik tutur kata, sikap, pernyataan, maupun pergaulan dengan saudara saudari, harus ada kebenaran dan kejujuran.
Begitu Anda tidak benar dan tidak jujur, Anda membawa suatu maksud tertentu, itu berarti bermain politik, itu adalah kusta pada pakaian yang dikatakan dalam Imamat 13. Misalnya, Anda memberi sesuatu kepada seorang saudara kare¬na memang Anda di hadapan Allah mempunyai beban, pera¬saan, dan kasih kepadanya. Kemudian, perbuatan lahir Anda se¬su¬ai dengan batin Anda. Itu adalah perkara yang indah. Namun jika hal itu Anda lakukan tanpa beban, tanpa pim¬pinan, dan tanpa kasih, melainkan karena bermaksud meminta agar ia mengerjakan sesuatu demi kepentingan Anda, itu adalah kusta pada pakaian di hadapan Allah. Hal demikian pantang dila¬kukan.
Saudara saudari, sampai-sampai kesungkanan dan sopan san¬tun kita pun harus benar, tulus ikhlas. Jangan di luarnya ber¬¬jabat tangan, tetapi di dalam hati menggeleng-gelengkan kepala.
Memang kita harus mengekang amarah. Misalkan, ada beberapa saudara bermasalah, lalu masalah itu dibawa ke hadapan Anda. Anda tahu bahwa Anda tidak boleh marah-marah, ka¬rena itu, Anda menahan diri dan berwajah manis terhadap mere¬¬ka. Namun setelah mereka pergi, Anda segera menggerutu, de¬ngan marah sekali Anda berkata, ”Mereka benar-benar kurang ajar! Selama aku melayani, aku tidak pernah menginginkan uang mereka, mengapa mereka begitu merongrong aku!” Jika demikian, itu adalah mengekang amarah dengan mu¬¬na¬¬fik. Jangan sekali-kali kita berbuat demikian. Pengekangan yang sesungguhnya ialah Anda tunduk di bawah kuasa tangan Tuhan, menerima pengaturan Tuhan, dan menanggulangi temperamen Anda. Anda tidak saja menerima penanggulangan di hadapan saudara-saudara, setelah mereka pergi, Anda pun harus menerima penanggulangan di hadapan Tuhan. Dengan rasa sesal Anda harus berkata, ”O Tuhan, aku mengakui bahwa temperamenku sangat buruk, aku sungguh benci akan diriku sen¬diri. Tuhan, aku mohon belas kasihan-Mu, kalau tidak, gereja akan kacau karena aku.” Inilah pengekangan temperamen yang sesungguhnya.
Ada juga orang yang hidupnya tidak konsisten, lain di luar, lain pula di gereja, di hadapan saudara saudari. Demikian adalah munafik. Kehidupan kita di tengah-tengah kaum saleh seharusnya sama dengan kehidupan kita yang individual. Bagaimanapun, kita harus menjadi orang yang benar dan konsisten. Sebagai seorang yang melayani, yang dibutuhkan adalah manusia Anda, bukan cara Anda, sebab bukan cara yang bisa mengatur gereja, melainkan manusia.
Seorang saudara berkata, ”Kalau keadaan Anda tidak be¬¬gi¬tu baik, tetapi Anda buat-buat supaya kelihatan baik, itu berarti tidak bening. Kondisi orang Kristen harus bening, karena ke¬lak di hadapan Allah, segalanya bening. Sebab itu, hari ini kita harus menjadi manusia yang bening, yang apa adanya, jangan bersandiwara.”
Adakalanya jika terlampau mahir dalam menangani suatu perkara, seseorang mudah sekali menjadi orang yang bermuka dua, bisa hitam, bisa putih. Seperti mempunyai dua lidah, bisa me¬ng¬ucapkan dua jenis perkataan. Orang yang melayani tidak seharusnya demikian. Harus konsisten, apa yang terkandung di ha¬ti, itu pula yang dinyatakan di bibir dan perbuatan.
Orang Kristen memang harus belajar membawa diri, tetapi jangan munafik seperti yang dilakukan khalayak dalam ma¬syarakat hari ini. Misalnya, ada seorang saudara bermasalah di hadapan Allah, Anda mengetahui hal itu. Kemudian ia datang membicarakan masalahnya kepada Anda. Bagaimana sikap Anda? Kalau Anda tidak mampu menegurnya, Anda tidak bo¬leh mengatakan bahwa dia tidak bersalah. Anda harus mem¬per¬¬¬timbangkan keadaannya dan daya penerimaannya. Kalau dia tidak bisa menerima teguran Anda, lebih baik Anda ber¬di¬am diri. Jangan sekali-kali Anda bersikap munafik dan ber¬kata kepadanya, ”Saudara, Anda tidak bersalah, Anda baik.”
Saudara Witness Lee sering menjumpai kasus seperti di bawah ini. Adakalanya, setelah saudara yang bermasalah itu ber¬bincang-bincang dan pergi, saudara pewajib gereja yang ta¬di¬nya berkata bahwa saudara itu benar, segera berkata kepada saudara Lee, ”Saudara Lee, saudara tadi itu sangat tidak ka¬ruan.” Saudara Lee lalu berkata, ”Anda telah menipu saudara Anda.” Saudara pewajib itu malah menjelaskan bahwa saudara itu buruk sekali temperamennya, dan pasti ia akan segera naik pitam jika disalahkan, bahkan bisa memukul. Kata Saudara Lee, ”Saudara, sekalipun Anda takut dipukul olehnya, Anda ti¬dak seharusnya mengatakan bahwa ia benar, itu adalah mu¬na¬fik. Kalau Anda merasa bahwa ia tidak bisa menerima, ke¬tika ia membicarakan kasusnya kepada Anda, lebih baik Anda di¬am saja. Tutup mulut pada saat-saat demikian sering kali le¬bih be¬sar khasiatnya daripada berterus terang. Anda tidak usah mem¬¬bangkitkan amarahnya, namun Anda pun jangan memu¬jinya.”
Segala perkara di kolong langit ini, kecuali yang tidak Anda lakukan, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang, ti¬¬dak peduli bagaimana ketatnya Anda merahasiakannya. Mi¬salnya, Anda berkata kepada seorang saudara bahwa ia lu¬ma¬yan baik, tetapi setelah ia pergi, Anda berkata kepada orang la¬in bahwa ia sangat tidak karuan. Camkan baik-baik: Komen¬tar Anda itu, tidak sampai setengah tahun akan sampai ke te¬linganya. Dan ia akan berkata, bahwa Anda tidak benar dan ber¬muka dua. Ini berarti Anda mengkhianati diri Anda sendiri.
Satu contoh lagi: Misalnya ada seorang saudara meng¬a¬jukan satu usul kepada Anda, yaitu agar diadakan sidang untuk pembacaan Alkitab. Anda memang tidak berselera terha¬dap pem¬bacaan Alkitab dan Anda lebih menyukai berdoa, ka¬re¬na itu Anda sama sekali tidak mau menerima usulnya. Na¬mun, Anda bermain politik, Anda lalu beralasan bahwa sekarang ini, ha¬ri Senin untuk sidang pewajib rumahan, hari Selasa untuk berdoa, hari Rabu untuk pembinaan orang yang baru percaya, hari Kamis untuk penginjilan, hari Jumat untuk anu, dan hari Sabtu untuk remaja. Jadi tidak ada waktu untuk pembacaan Alkitab. Batin Anda tahu bahwa dengan berkata demikian, Anda telah menipu saudara Anda. Sebenarnya, ma¬salah da¬lam batin Anda bukannya tidak ada waktu, melainkan tidak ber¬selera, itu hanya dalih belaka. Ingatlah, pertama kali Anda ber-dalih demikian, mungkin ia tidak merasa, tetapi lambat laun ia akan mengerti. Terhadap anak kecil saja kita ti¬dak bisa sering membohonginya, apalagi terhadap orang dewa¬sa. Pertama kali Anda menipu dia, dia percaya bahwa Anda benar, tetapi bila la¬in kali Anda mengulangi kata-kata itu, ia akan mengerti bah¬wa Anda sedang bermain politik. Karena itu, harus belajar me¬ne¬rima dari dalam hati. Jika Anda memang ti¬dak bisa mene¬rima, Anda boleh tidak memberi respon apa-apa, atau terus te¬rang saja berkata kepada saudara itu bahwa Anda tidak setuju me¬ngadakan sidang untuk pembacaan Alki¬tab seperti yang ia usul¬kan. Jangan sekali-kali Anda menjadi poli¬¬tikus, dengan ala¬san ini dan itu, Anda mengatakan kata-kata yang politis. Akibat yang ditimbulkan oleh hikmat duniawi lebih mencelakakan orang daripada berbicara dengan terus terang. Kadang-kadang le¬bih baik berterus terang, berbicara apa adanya, kalau ya, katakan ”Ya”, kalau tidak, katakan ”Tidak”. Andaikata orang itu tidak mau menerima, kita boleh diam, tetapi jangan men¬cari alasan.
6. BENAR BERARTI TIDAK MENUTUP-NUTUPI
Kadangkala, demi kebaikan orang lain, kita tidak perlu ber¬¬komentar, dengan hikmat kita boleh mengalihkan ke perkara la¬in, tetapi jangan dengan kondisi lain menutup-nutupi kondisi yang sedang Anda hadapi.
Dalam Injil Matius 21:27 tercatat, orang-orang Farisi berpura-pura mengatakan, ”Kami tidak tahu,” itu munafik. Lalu Tuhan berkata, ”Aku juga tidak mengatakan kepadamu,” ini be¬nar dan berhikmat.
Kita harus hidup dalam roh dan tinggal di dalam kasih, ba¬rulah kita bisa menjadi orang yang benar dan berhikmat.
7. ORANG YANG BENAR
BARU BISA DIPERCAYA OLEH ORANG LAIN
Setiap pelayan Tuhan harus bisa dipercaya oleh orang lain, namun hanya orang yang berkarakter benar baru bisa men¬¬dapat kepercayaan orang.
Ada orang, saat ia berjumpa dengan saudara yang tengah mengalami kekurangan, ia berkata kepadanya, ”Oh, Anda se¬dang kekurangan? Semoga Tuhan memelihara Anda.” Tetapi, be¬gitu ia membalikkan badannya, ia sama sekali sudah melu¬pakan saudara tersebut. Itu adalah ucapan munafik. Ia sama sekali tidak mempunyai hati, tidak seharusnya berkata begitu. Sau¬¬dara itu kehilangan mata pencaharian, ia sedang menderita. Kalau Anda tidak menaruh rasa prihatin terhadapnya, ja¬nganlah Anda dengan pura-pura membuat pernyataan itu. Itu adalah munafik. Kalau Anda hanya sekali itu menjadi orang munafik lalu segera berpindah ke bulan, itu boleh saja. Tetapi jika ti¬dak, lambat laun bila orang mendengar Anda berkata, ”Oh” lagi, orang akan muak mendengarnya. Orang lain akan menilai Anda sebagai orang yang munafik.
Camkanlah: Tidak seorang pun yang membangun dirinya sen¬diri dengan kemunafikan bisa sukses. Bila Anda munafik, cepat atau lambat pasti akan diketahui orang. Orang yang ti¬dak bisa dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin sukses.
8. ORANG YANG BENAR RELA
MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI
Pekerjaan Tuhan menuntut pelayan-Nya berkorban. Orang yang tidak berkarakter benar, tidak mungkin mau berkorban un¬tuk orang lain, dan tidak mungkin mati sahid bagi Tuhan. Mes¬ki¬pun kasih Tuhan mendorong kita sehingga kita berniat berkor¬ban bagi orang lain, tetapi jika kita tidak memiliki karakter ber¬kor¬ban, mustahillah kita bisa menyesuaikan diri de¬ngan hayat Tuhan yang berkorban itu. Orang yang selalu be¬rebut kemanis¬an dan mundur bila datang kesukaran, bukanlah orang yang benar.
Syair Kidung No. 349 mengisahkan, ”banyak orang yang tidak mau menempuh jalan Tuhan, namun mereka mau berkat Tuhan. Mereka mau berkat Tuhan, namun tidak mau memikul sa¬¬lib Tuhan.” Orang yang tidak mau menderita adalah orang yang tidak benar. Selanjutnya dikatakan, ”Kalau Tuhan selalu memberi dan menyediakan baginya, ia akan memuji nyaring. Namun, kalau Tuhan meminta sedikit darinya, ia segera sakit hati, menggerutu.” Orang yang demikian adalah orang yang ti¬dak benar. Terakhir dikatakan, ”Namun bagi pencinta-Nya, se¬mua (baik derita atau berkat) tak dihiraukan. Bahkan nyawa dan darah mereka pun rela mereka korbankan bagi Tuhan. Mo¬hon Tuhan memberiku tekad semacam ini, setia tanpa mem¬pe¬dulikan hidup atau mati.
Orang yang demikian barulah orang yang benar, barulah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. ”Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah me¬nye¬rahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menye¬rahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita” (1 Yoh. 3:16). Paulus adalah orang yang benar, maka ia rela berkorban untuk kaum saleh. Paulus berkata, ” . . . bukan saja rela mem¬ba¬gi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu” (1 Tes. 2:8).
Ketika untuk terakhir kalinya Saudara Watchman Nee da¬tang ke Hongkong, saudara-saudara menasihatinya agar jangan kembali ke daratan China, sebab jika ia kembali masuk, ia ti¬dak akan bisa keluar lagi. Tetapi ia berkata, ”Kita telah me¬nge¬luarkan begitu banyak waktu untuk membangun gereja. Kini, bagaimana aku bisa meninggalkannya dan tidak mempedu¬likannya? Demikian, pada masa para rasul sebermula, ketika keadaan demikian, bukankah mereka tetap tinggal di Yerusa¬lem? Aku tidak menghiraukan nyawaku. Jika rumah akan ru¬buh, dan anak-anakku ada di dalam rumah, aku harus sekuatnya menopang rumah itu. Sekalipun itu akan meminta nyawaku, aku tidak menyayanginya.” Demikianlah ia kemudian kem¬bali ke China daratan. Setelah masuk, beberapa lama kemu¬¬dian ia ditangkap dan dipenjarakan selama 20 tahun, dan akhirnya mati dalam penjara. Ia adalah orang yang rela me¬ngorbankan segalanya untuk saudara saudari.
9. ORANG YANG BENAR BARU MANTAP
Setiap pelayan Tuhan harus benar; tanpa kebenaran, ti¬dak mungkin mantap. Membaca Alkitab, berdoa, bersaksi, atau me¬mim¬pin orang, harus benar. Jika tidak, niscaya tidak bisa man¬tap. Orang yang tidak benar, pasti juga tidak benar dalam hal memperhatikan, melayani, atau mengunjungi orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mungkin membaca Alkitab de¬ngan tun¬tas, ia tidak mungkin memberi bantuan yang sesung¬guhnya ke¬pa¬da orang lain. Orang yang tidak benar, tidak mung¬kin bisa melayani gereja, ia tidak bernilai di tangan Tuhan.
10. HARUS BENAR JUGA HARUS MENUNTUT
PEREMUKAN HAYAT ALAMIAH
Jika perlu marah, boleh marah, baru bisa marah; tidak se¬ha¬¬rusnya marah, tidak boleh marah, baru bisa mengenda¬likan diri.
Seperti Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang berjual-beli di Bait Allah, Ia bahkan membalikkan meja-meja penukar uang (Mat. 21). Mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Mat. 23). Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah ia memandang sekeliling-Nya (Mrk. 3:5). Dan seperti Paulus menegur orang-orang Korintus (1 Kor. 3:1-3; 4:21).
Musa bisa memarahi orang Israel, ia pun bisa mendoakan me¬¬re¬¬ka (Kel. 32:19-20, 30-32; Bil. 16:15, 41-46). Saudara Watchman Nee bisa menegur seorang saudara muda, setelah itu, ia bisa duduk bersamanya sambil berbincang-bincang. Ini me¬¬nyatakan bahwa mereka pernah menuntut pelajaran pe¬re¬mukan.
11. KARAKTER SANGAT BERBEDA DENGAN MORAL
”Benar” yang kita katakan di sini bukan mengacu kepada ”tidak berbohong”. Karena orang yang suka berbohong mung¬kin sangat benar dalam memperlakukan orang lain, dan orang yang sangat bermoral, mungkin tidak pernah benar ter¬ha¬dap orang lain. Lawan kesungguhan adalah kepalsuan, ini masalah mora¬litas, masalah kebaikan atau kejahatan. Namun, ”benar” yang kita bahas di sini, bukan masalah moral, me¬lainkan ma-salah sifat. Tetapi karena sebagian besar merupakan hasil pembinaan manusia, maka disebut karakter.
LYD
Senin, 25 Oktober 2010
Lima Tanda Wanita Betah Melajang
VIVAnews - Menjadi wanita lajang memang memiliki keuntungan tersendiri. Anda bisa bebas menghabiskan gaji, dan tidak ada yang melarang jika Anda ingin bergaul dengan banyak pria.
Namun, apakah wajar jika Anda sudah mulai 'kecanduan' menjadi lajang, dan memutuskan untuk tidak menikah? Menurut Debi Bernt, seorang konselor hubungan dan penulis buku 'Let Love In', bentuk kecanduan menjadi lajang seperti merokok, dan seringkali tidak disadari, yang akhirnya bisa membuatnya lupa untuk menikah.
Untuk itu, kenali lima tanda wanita betah menjadi jomblo, seperti dikutip dari laman Your Tango.
1. Merasa tidak ada pria yang sesuai untuk Anda
Saat mulai dekat dengan seorang pria, Anda mulai memberi penilaian yang tak bisa diganggu gugat. Terlalu kurus, terlalu gendut, busananya aneh, rambutnya berantakan dan masih banyak lagi.
Menjadi 'super pemilih' dan bukan berusaha mencari tahu serta menyesuaikan diri, pertanda Anda kecanduan melajang. Anda tentu sudah tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
2. Selalu tertarik dengan pria yang sudah memiliki pasangan
Anda seringkali merasa tertarik dan menjalin hubungan dengan pria yang sudah memiliki pasangan atau mungkin beristri. Hal ini pertanda Anda sebenarnya hanya ingin menjalin hubungan untuk sekadar bersenang-senang dan mencari tantangan. Bukan untuk masa depan, karena Anda sudah itu itu akan sulit.
3. Sering datangi pesta
Anda banyak mendatangi pesta lalu berkenalan dengan banyak pria, tetapi semua berujung sebatas teman bersenang-senang. Ini bisa menandakan dalam diri Anda belum ingin berkomitmen menjalin hubungan serius, penyebabnya mungkin Anda sudah terlalu nyaman melajang.
4. Kecanduan kerja
Menenggelamkan diri dalam pekerjaan bisa mengurangi kemungkinan untuk mendapat pasangan, karena kehidupan sosial Anda pasti berkurang atau bahkan tidak ada. Bisa jadi Anda terlalu ambisius dalam karier dan tak ingin masa depan karier rusak karena menjalin asmara.
5. Menutup diri
Saat mulai dekat dengan pria, Anda juga cenderung menutup diri. Anda justru membicarakan serunya hidup Anda menjadi seorang lajang. Hal ini tampak bahwa Anda terlalu menikmati melajang dan belum siap melepaskan status tersebut dan tentunya sulit melepas 'kebebasan'.
Baca juga: Seleksi Calon Kekasih dalam 45 Detik
Namun, apakah wajar jika Anda sudah mulai 'kecanduan' menjadi lajang, dan memutuskan untuk tidak menikah? Menurut Debi Bernt, seorang konselor hubungan dan penulis buku 'Let Love In', bentuk kecanduan menjadi lajang seperti merokok, dan seringkali tidak disadari, yang akhirnya bisa membuatnya lupa untuk menikah.
Untuk itu, kenali lima tanda wanita betah menjadi jomblo, seperti dikutip dari laman Your Tango.
1. Merasa tidak ada pria yang sesuai untuk Anda
Saat mulai dekat dengan seorang pria, Anda mulai memberi penilaian yang tak bisa diganggu gugat. Terlalu kurus, terlalu gendut, busananya aneh, rambutnya berantakan dan masih banyak lagi.
Menjadi 'super pemilih' dan bukan berusaha mencari tahu serta menyesuaikan diri, pertanda Anda kecanduan melajang. Anda tentu sudah tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
2. Selalu tertarik dengan pria yang sudah memiliki pasangan
Anda seringkali merasa tertarik dan menjalin hubungan dengan pria yang sudah memiliki pasangan atau mungkin beristri. Hal ini pertanda Anda sebenarnya hanya ingin menjalin hubungan untuk sekadar bersenang-senang dan mencari tantangan. Bukan untuk masa depan, karena Anda sudah itu itu akan sulit.
3. Sering datangi pesta
Anda banyak mendatangi pesta lalu berkenalan dengan banyak pria, tetapi semua berujung sebatas teman bersenang-senang. Ini bisa menandakan dalam diri Anda belum ingin berkomitmen menjalin hubungan serius, penyebabnya mungkin Anda sudah terlalu nyaman melajang.
4. Kecanduan kerja
Menenggelamkan diri dalam pekerjaan bisa mengurangi kemungkinan untuk mendapat pasangan, karena kehidupan sosial Anda pasti berkurang atau bahkan tidak ada. Bisa jadi Anda terlalu ambisius dalam karier dan tak ingin masa depan karier rusak karena menjalin asmara.
5. Menutup diri
Saat mulai dekat dengan pria, Anda juga cenderung menutup diri. Anda justru membicarakan serunya hidup Anda menjadi seorang lajang. Hal ini tampak bahwa Anda terlalu menikmati melajang dan belum siap melepaskan status tersebut dan tentunya sulit melepas 'kebebasan'.
Baca juga: Seleksi Calon Kekasih dalam 45 Detik
Empat Perusak Gigi
VIVAnews - Kerusakan gigi tak hanya dipicu kebiasaan malas menyikat gigi. Ada sejumlah kebiasaan yang mungkin tak Anda sangka bisa memicu permasalahan gigi.
Berikut empat pemicu kerusakan gigi yang tidak diketahui banyak orang, seperti dikutip dari Shine.
1. Minuman asam
Penelitian terbaru Universitas Birmingham menemukan, konsumsi minuman suplemen olahraga memicu erosi gigi serius dan infeksi. Peneliti menguji dua minuman yang tidak disebutkan namanya dan menemukan kandungan yang dapat meluruhkan email gigi.
Kondisi itu kemungkinan akibat tingkat keasaman yang bertentangan keseimbangan PH normal mulut. Soda dengan bahan kimia seperti asam aspartam juga dapat membuat bagian gigi mengalami aus. Bahkan, jus yang sangat asam juga dapat menyebabkan infeksi dan erosi dari waktu ke waktu.
2. Olesan Lipstik
Menurut penelitian tim dari Universitas Sao Paulo, Brazil, lipstik yang mengandung parafin dapat mengikis enamel gigi. Saat enamel terkikis, gigi menjadi berpori dan menciptakan tempat tumbuhnya bakteri. Efeknya adalah kerusakan gigi, infeksi dan patah. Sebaiknya, pilih lipstik yang tidak mengandung parafin.
3. Karbohidrat
Produk camilan berkarbohidrat tinggi juga tidak baik untuk gigi. Setelah dipecah menjadi gula sederhana efeknya sama dengan gula yang menempel pada gigi. Gula menyebabkan bakteri dan plak yang menyebabkan penyakit gusi dan rongga gigi.
4. Terlalu sering menyikat gigi
Menurut American Dental Association, terlalu sering menyikat gigi bisa membuat abrasi pada gigi. Akibatkanya gigi menjadi lebih sensitif dan mudah merasa ngilu. Untuk menghindarinya, pilih sikat gigi yang yang berbulu lembut dan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.
Berikut empat pemicu kerusakan gigi yang tidak diketahui banyak orang, seperti dikutip dari Shine.
1. Minuman asam
Penelitian terbaru Universitas Birmingham menemukan, konsumsi minuman suplemen olahraga memicu erosi gigi serius dan infeksi. Peneliti menguji dua minuman yang tidak disebutkan namanya dan menemukan kandungan yang dapat meluruhkan email gigi.
Kondisi itu kemungkinan akibat tingkat keasaman yang bertentangan keseimbangan PH normal mulut. Soda dengan bahan kimia seperti asam aspartam juga dapat membuat bagian gigi mengalami aus. Bahkan, jus yang sangat asam juga dapat menyebabkan infeksi dan erosi dari waktu ke waktu.
2. Olesan Lipstik
Menurut penelitian tim dari Universitas Sao Paulo, Brazil, lipstik yang mengandung parafin dapat mengikis enamel gigi. Saat enamel terkikis, gigi menjadi berpori dan menciptakan tempat tumbuhnya bakteri. Efeknya adalah kerusakan gigi, infeksi dan patah. Sebaiknya, pilih lipstik yang tidak mengandung parafin.
3. Karbohidrat
Produk camilan berkarbohidrat tinggi juga tidak baik untuk gigi. Setelah dipecah menjadi gula sederhana efeknya sama dengan gula yang menempel pada gigi. Gula menyebabkan bakteri dan plak yang menyebabkan penyakit gusi dan rongga gigi.
4. Terlalu sering menyikat gigi
Menurut American Dental Association, terlalu sering menyikat gigi bisa membuat abrasi pada gigi. Akibatkanya gigi menjadi lebih sensitif dan mudah merasa ngilu. Untuk menghindarinya, pilih sikat gigi yang yang berbulu lembut dan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif.
Kamis, 21 Oktober 2010
Secara aku juga org Sumatra
Danau cantik dari Bencana
Thu Oct 21 0:31am
* Cetak
* Bagi
o Twitter
o Facebook
o Delicious
o StumbleUpon
o Kirim via IM
* Email
Oleh Amril Taufik Gobel
Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.
Photo credits - Arie Basuki/Tempo
Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.
Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.
Photo credits - Agung Chandra/TempoDebu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.
Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.
Photo credits - Agung Chandra/Tempo
Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.
Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.
Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.
Thu Oct 21 0:31am
* Cetak
* Bagi
o Twitter
o Facebook
o Delicious
o StumbleUpon
o Kirim via IM
Oleh Amril Taufik Gobel
Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata.
Photo credits - Arie Basuki/Tempo
Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias.
Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir.
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu.
Photo credits - Agung Chandra/TempoDebu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.
Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.
Photo credits - Agung Chandra/Tempo
Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.
Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.
Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba.
5 Kualitas Suami Masa Depan
VIVAnews - Tidak peduli bagaimana sifat dan kepribadian pria, ada karakteristik tertentu yang harus ia miliki untuk menjadi suami yang berkualitas di masa depan. Bagi Anda yang belum menikah, segera cek apakah pasangan saat ini memiliki kriteria sebagai suami berkualitas di masa mendatang.
Berikut ciri-ciri pria yang pantas untuk Anda jadikan pasangan hidup, seperti dikutip dari laman Shine:
Jujur
Memiliki pasangan yang jujur bisa memberikan ketenangan batin. Jangan sampai kekasih yang akan dijadikan suami menyimpan rahasia dari Anda. Keterbukaan adalah kunci keharmonisan dalam rumah tangga.
Selalu Memberikan Dukungan
Dukungan dari kekasih adalah penyemangat hidup seseorang. Begitupula jika dia telah menjadi suami di masa depan. Suami yang selalu memberikan dukungan pada istrinya bisa menjadi kunci pernikahan berhasil.
Punya kepribadian menyenangkan
Apakah calon suami punya selera humor yang baik, atau tidak mudah diajak bercanda? Ia adalah orang yang akan menemani Anda menghabiskan sisa hidup. Jika Anda tidak menikmati kebersamaan dengannya sekarang, 10 atau 20 tahun lagi hubungan Anda bisa makin hambar. Pernikahan selalu diwarnai suka dan duka, tapi setidaknya ada saat-saat tertentu pasangan bisa membahagiakan Anda.
Pekerja keras
Tugas seorang pria adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Meski saat ini kebanyakan wanita juga berkarier untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, seorang pria tetap memikul tanggung jawab utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Pria yang malas dan bukan tipe pekerja keras hanya akan membuat rumah tangga Anda terpuruk. Untuk itu, cobalah selektif dalam memilih suami. Tapi, bukan berarti Anda hanya mengharapkan pria kaya untuk dijadikan pasangan hidup. Cari pria yang mau bekerja keras untuk keluarganya.
Mencintai apa adanya
Mencintai segala kekurangan yang ada pada diri seseorang akan lebih baik daripada mencintai kelebihannya. Jika pria menyukai wanita dari kecantikannya, suatu saat rasa cintanya bisa saja pudar seiring dengan pudarnya kecantikan Anda. Namun, jika dia bisa menerima segala kekurangan Anda, dialah calon suami yang tepat untuk Anda pilih.
dapet dari yahoo nih
Berikut ciri-ciri pria yang pantas untuk Anda jadikan pasangan hidup, seperti dikutip dari laman Shine:
Jujur
Memiliki pasangan yang jujur bisa memberikan ketenangan batin. Jangan sampai kekasih yang akan dijadikan suami menyimpan rahasia dari Anda. Keterbukaan adalah kunci keharmonisan dalam rumah tangga.
Selalu Memberikan Dukungan
Dukungan dari kekasih adalah penyemangat hidup seseorang. Begitupula jika dia telah menjadi suami di masa depan. Suami yang selalu memberikan dukungan pada istrinya bisa menjadi kunci pernikahan berhasil.
Punya kepribadian menyenangkan
Apakah calon suami punya selera humor yang baik, atau tidak mudah diajak bercanda? Ia adalah orang yang akan menemani Anda menghabiskan sisa hidup. Jika Anda tidak menikmati kebersamaan dengannya sekarang, 10 atau 20 tahun lagi hubungan Anda bisa makin hambar. Pernikahan selalu diwarnai suka dan duka, tapi setidaknya ada saat-saat tertentu pasangan bisa membahagiakan Anda.
Pekerja keras
Tugas seorang pria adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Meski saat ini kebanyakan wanita juga berkarier untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, seorang pria tetap memikul tanggung jawab utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Pria yang malas dan bukan tipe pekerja keras hanya akan membuat rumah tangga Anda terpuruk. Untuk itu, cobalah selektif dalam memilih suami. Tapi, bukan berarti Anda hanya mengharapkan pria kaya untuk dijadikan pasangan hidup. Cari pria yang mau bekerja keras untuk keluarganya.
Mencintai apa adanya
Mencintai segala kekurangan yang ada pada diri seseorang akan lebih baik daripada mencintai kelebihannya. Jika pria menyukai wanita dari kecantikannya, suatu saat rasa cintanya bisa saja pudar seiring dengan pudarnya kecantikan Anda. Namun, jika dia bisa menerima segala kekurangan Anda, dialah calon suami yang tepat untuk Anda pilih.
dapet dari yahoo nih
Selasa, 19 Oktober 2010
Boleh DI Coba….
Bukan hal baru lagi di dalam dunia maya sich,tapi ga papa donk Vey posting lagi heheheheh,,sekedar hanya mengisi waktu kosong so why not??? ….
Vey mau Pamer Klikot nih,walaupun klikot vey masih sepi pengunjung nya,,
Tapi kalian bisa nyoba ikutan gabung di sini,,Ga rugi kok malahan akan menambah teman kita dan menambah wawasan pengenalan kita dengan dunia maya,,Ternyata bukan Facebook aja yang bisa menjadi jaringan social di masyarakat yang bisa menghubungkan kita dengan orang yang kita kenal baik kelurga kita sekalipun. Bayangin aja vey bisa tahu kegiatan mereka dengan membaca status mereka..
So siapa yang bikin status pasti kita bisa mengetahui Mood yang mereka rasakan.
Hari ini aja aku bisa merasakan hati teman aku karna status nya yang meledak-ledak..so sudah ketebak donk kalau dia lagi marah ma sesorang..Well baik ga sich buat kita baca yang kaya gitu. Tentunya Semua itu ada baik dan buruk nya,,(bener gak??)
Vey mau Pamer Klikot nih,walaupun klikot vey masih sepi pengunjung nya,,
Tapi kalian bisa nyoba ikutan gabung di sini,,Ga rugi kok malahan akan menambah teman kita dan menambah wawasan pengenalan kita dengan dunia maya,,Ternyata bukan Facebook aja yang bisa menjadi jaringan social di masyarakat yang bisa menghubungkan kita dengan orang yang kita kenal baik kelurga kita sekalipun. Bayangin aja vey bisa tahu kegiatan mereka dengan membaca status mereka..
So siapa yang bikin status pasti kita bisa mengetahui Mood yang mereka rasakan.
Hari ini aja aku bisa merasakan hati teman aku karna status nya yang meledak-ledak..so sudah ketebak donk kalau dia lagi marah ma sesorang..Well baik ga sich buat kita baca yang kaya gitu. Tentunya Semua itu ada baik dan buruk nya,,(bener gak??)
Tambah BT dan tambah Menyebalkan..
Aku binggung ma pacar ku sendiri..Dia menutupi nya semua,knapa dia ga bilang aja langsung kalau dia cemburu..Dia sengaja Online malam-malam hanya untuk mencari info mengenai orang bener – bener keterlaluan banget kan. Aku binggung banget nih.
Ini semua berawal dari aku mulai menghidupkan api yang sebenarya dari kecil dan mengakibatkan besar.Semua berawal dari hal yang paling menyenangkan sampai hal yang paling buruk.
Ini semua berawal dari aku mulai menghidupkan api yang sebenarya dari kecil dan mengakibatkan besar.Semua berawal dari hal yang paling menyenangkan sampai hal yang paling buruk.
Kamis, 14 Oktober 2010
Makanan Ini Bikin Perut Buncit
VIVAnews - Anda mungkin memiliki kerinduan bisa makan apapun makanan yang Anda inginkan tanpa harus takut menimbun lemak, terutamadi bagian perut.
Tentu saja ada jalannya untuk mencapai keinginan itu, yakni mengonsumsi makanan yang sehat dan tentu saja bergizi.
Nah, sekarang yang perlu Anda ketahui ialah makanan yang dapat mengakibatkan timbunan lemak berlebihan di tubuh Anda yang sebetulnya dapat dihindari mulai sekarang. Dengan begitu Anda tetap bisa makan dengan nikmat tanpa takut kelebihan berat badan. Modernmom menyebut beberapa makanan itu.
Makanan cepat saji
Makanan yang kelebihan kalori dapat membuat Anda sulit melepaskan diri dari pakaian yang super besar. Laporan pada 2005 yang diterbitkan University of Minnesota School Of Public Health, menyebutkan konsumsi fast food dapat menyebabkan epidemi obesitas. Ini mungkin disebabkan oleh makanan dengan ukuran porsi besar, yang mengandung jumlah kalori yang berlebihan.
Beban glisemik dalam makanan berlemak, asin, dan manis juga dapat meningkatkan resiko terkena diabetes. Tapi, ini bukan berarti Anda tidak boleh sesekali mengonsumsi makanan cepat saji. Hanya saja yang perlu diingat, pastikan tetap memilih makanan yang sehat, rendah kalori, dan rendah lemak, seperti salad dan daging panggang.
Pemanis buatan
Jika Anda mencoba mengurangi lemak di badan, Anda sebaiknya mengurangi konsumsi minuman yang dibuat dengan pemanis buatan. Sebab, minuman jenis ini dapat merusak diet Anda. Sebuah studi 2004 Purdue University menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat menyebabkan tubuh kehilangan kemampuannya untuk mengukur asupan kalori. Para peneliti menyatakan bahwa penggunaan pemanis buatan bisa merusak hubungan antara rasa manis dan konsumsi kalori.
Makanan berlemak
Meskipun tubuh Anda membutuhkan lemak untuk tetap sehat, terlalu banyak lemak tidak bagus buat berat badan Anda. The US Department of Health and Human Services menyarankan untuk membatasi asupan asam lemak jenuh hingga kurang dari 10 persen dari asupan kalori harian. Jumlah lemak sebaiknya di bawah 35 persen dari asupan kalori harian. Terlalu banyak lemak dalam diet Anda mungkin sama dengan terlalu banyak kalori.
Minuman bersoda
Menurut Ilmu Kesehatan Northwestern University, orang yang kelebihan berat badan biasanya yang mengonsumsi minumam soda yang berlebihan. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa peminum bersoda memiliki risiko 60 persen lebih besar untuk meningkatkan berat badan daripada mereka yang minum soda pop sangat sedikit. (umi)
ini fera ambil dari :http://id.news.yahoo.com/viva/20101013/tls-makanan-ini-bikin-perut-buncit-34dae5e.html
Semoga BermanfaaT...
^_^
Tentu saja ada jalannya untuk mencapai keinginan itu, yakni mengonsumsi makanan yang sehat dan tentu saja bergizi.
Nah, sekarang yang perlu Anda ketahui ialah makanan yang dapat mengakibatkan timbunan lemak berlebihan di tubuh Anda yang sebetulnya dapat dihindari mulai sekarang. Dengan begitu Anda tetap bisa makan dengan nikmat tanpa takut kelebihan berat badan. Modernmom menyebut beberapa makanan itu.
Makanan cepat saji
Makanan yang kelebihan kalori dapat membuat Anda sulit melepaskan diri dari pakaian yang super besar. Laporan pada 2005 yang diterbitkan University of Minnesota School Of Public Health, menyebutkan konsumsi fast food dapat menyebabkan epidemi obesitas. Ini mungkin disebabkan oleh makanan dengan ukuran porsi besar, yang mengandung jumlah kalori yang berlebihan.
Beban glisemik dalam makanan berlemak, asin, dan manis juga dapat meningkatkan resiko terkena diabetes. Tapi, ini bukan berarti Anda tidak boleh sesekali mengonsumsi makanan cepat saji. Hanya saja yang perlu diingat, pastikan tetap memilih makanan yang sehat, rendah kalori, dan rendah lemak, seperti salad dan daging panggang.
Pemanis buatan
Jika Anda mencoba mengurangi lemak di badan, Anda sebaiknya mengurangi konsumsi minuman yang dibuat dengan pemanis buatan. Sebab, minuman jenis ini dapat merusak diet Anda. Sebuah studi 2004 Purdue University menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat menyebabkan tubuh kehilangan kemampuannya untuk mengukur asupan kalori. Para peneliti menyatakan bahwa penggunaan pemanis buatan bisa merusak hubungan antara rasa manis dan konsumsi kalori.
Makanan berlemak
Meskipun tubuh Anda membutuhkan lemak untuk tetap sehat, terlalu banyak lemak tidak bagus buat berat badan Anda. The US Department of Health and Human Services menyarankan untuk membatasi asupan asam lemak jenuh hingga kurang dari 10 persen dari asupan kalori harian. Jumlah lemak sebaiknya di bawah 35 persen dari asupan kalori harian. Terlalu banyak lemak dalam diet Anda mungkin sama dengan terlalu banyak kalori.
Minuman bersoda
Menurut Ilmu Kesehatan Northwestern University, orang yang kelebihan berat badan biasanya yang mengonsumsi minumam soda yang berlebihan. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa peminum bersoda memiliki risiko 60 persen lebih besar untuk meningkatkan berat badan daripada mereka yang minum soda pop sangat sedikit. (umi)
ini fera ambil dari :http://id.news.yahoo.com/viva/20101013/tls-makanan-ini-bikin-perut-buncit-34dae5e.html
Semoga BermanfaaT...
^_^
Rabu, 13 Oktober 2010
Cara Mempertahankan Cinta
Berikut ini sejumlah saran utama dalam menjaga agar hubungan Anda berdua tetap erat.
1. Cari bantuan sedini mungkin
Rata-rata, antar pasangan menunggu sampai 6 tahun sebelum mencari bantuan, untuk membantu mereka mengatasi masalah perkawinan (ingat, ½ dari seluruh perkawinan berakhir dengan perceraian di tahun ke 7 perkawinan!). Artinya, rata-rata pasangan, hidup terlalu lama di dalam ketidak bahagiaan.
2. Perbaiki diri
Pasangan yang paling bahagia adalah pasangan yang secara konsisten menghindar dari rasa marah bila membicarakan topik yang sensitif.
3. Dimulai dengan lembut
Mulailah argumentasi dengan suara yang lembut. Nada suara yang mengandung konfrontasi membuat suasana menjadi lebih parah.
4. Menerima pendapat
Perkawinan berhasil dipertahankan karena masing-masing pasangan bisa menerima pendapat. Bila istri mengatakan, "Apakah kamu memang harus bekerja lembur Kamis malam? Ibu akan menginap di rumah minggu ini, dan saya perlu bantuanmu untuk menyiapkan segalanya." Dan suaminya menjawab, "Jadwal saya sudah diatur dan saya tak bisa mengubahnya."
Pria ini berada dalam perkawinan yang goyah. Kemampuan seorang suami untuk menerima pendapat istrinya sangat penting karena penelitian memperlihatkan, hubungan yang tulus hanya terjadi bila suami dan istri bisa saling memberi dan menerima pendapat dengan baik.
5. Menolak perlakuan kasar
Pasangan yang paling berhasil adalah yang bisa menolak perlakuan kasar dan menyakitkan. Semakin rendah tingkat perilaku buruk di awal hubungan, semakin berbahagia pasangan yang menjalankannya.
6. Belajar memperbaiki dan keluar dari argumentasi
Pasangan yang berhasil adalah pasangan yang mengetahui cara untuk keluar dari argumentasi. Pasangan berbahagia tahu cara memperbaiki situasi sebelum argumentasi lepas kendali.
Perbaikan usaha yang berhasil termasuk mengganti topik yang diargumentasikan ke topik yang sama sekali tak berhubungan, lalu bercanda, memberi sentuhan lembut, dan memberi dukungan. Bila argumentasi memanas, sebaiknya istirahat sekitar 20 menit, dan setuju untuk kembali membahas topik semula bila Anda berdua sudah sama-sama tenang.
7. Pusatkan perhatian pada sisi yang baik dan menyenangkan
Di dalam perkawinan yang bahagia, paling tidak dalam satu hari masing-masing pasangan saling memberikan lima pujian atau komentar positif tentang pasangannya. Perkawinan yang baik harus kaya akan iklim positif.
Aline
Foto: Dok.Nova
Diambil dari :http://www.tabloidnova.com/Nova/Tips/7-Tips-Mempertahankan-Hubungan2
1. Cari bantuan sedini mungkin
Rata-rata, antar pasangan menunggu sampai 6 tahun sebelum mencari bantuan, untuk membantu mereka mengatasi masalah perkawinan (ingat, ½ dari seluruh perkawinan berakhir dengan perceraian di tahun ke 7 perkawinan!). Artinya, rata-rata pasangan, hidup terlalu lama di dalam ketidak bahagiaan.
2. Perbaiki diri
Pasangan yang paling bahagia adalah pasangan yang secara konsisten menghindar dari rasa marah bila membicarakan topik yang sensitif.
3. Dimulai dengan lembut
Mulailah argumentasi dengan suara yang lembut. Nada suara yang mengandung konfrontasi membuat suasana menjadi lebih parah.
4. Menerima pendapat
Perkawinan berhasil dipertahankan karena masing-masing pasangan bisa menerima pendapat. Bila istri mengatakan, "Apakah kamu memang harus bekerja lembur Kamis malam? Ibu akan menginap di rumah minggu ini, dan saya perlu bantuanmu untuk menyiapkan segalanya." Dan suaminya menjawab, "Jadwal saya sudah diatur dan saya tak bisa mengubahnya."
Pria ini berada dalam perkawinan yang goyah. Kemampuan seorang suami untuk menerima pendapat istrinya sangat penting karena penelitian memperlihatkan, hubungan yang tulus hanya terjadi bila suami dan istri bisa saling memberi dan menerima pendapat dengan baik.
5. Menolak perlakuan kasar
Pasangan yang paling berhasil adalah yang bisa menolak perlakuan kasar dan menyakitkan. Semakin rendah tingkat perilaku buruk di awal hubungan, semakin berbahagia pasangan yang menjalankannya.
6. Belajar memperbaiki dan keluar dari argumentasi
Pasangan yang berhasil adalah pasangan yang mengetahui cara untuk keluar dari argumentasi. Pasangan berbahagia tahu cara memperbaiki situasi sebelum argumentasi lepas kendali.
Perbaikan usaha yang berhasil termasuk mengganti topik yang diargumentasikan ke topik yang sama sekali tak berhubungan, lalu bercanda, memberi sentuhan lembut, dan memberi dukungan. Bila argumentasi memanas, sebaiknya istirahat sekitar 20 menit, dan setuju untuk kembali membahas topik semula bila Anda berdua sudah sama-sama tenang.
7. Pusatkan perhatian pada sisi yang baik dan menyenangkan
Di dalam perkawinan yang bahagia, paling tidak dalam satu hari masing-masing pasangan saling memberikan lima pujian atau komentar positif tentang pasangannya. Perkawinan yang baik harus kaya akan iklim positif.
Aline
Foto: Dok.Nova
Diambil dari :http://www.tabloidnova.com/Nova/Tips/7-Tips-Mempertahankan-Hubungan2
Kesalahan ku...
Siapa sih yang nggak sakit hati dan kecewa saat tahu pacar kita selingkuh? Dan, sekarang dia mengaku salah, menyesal, minta maaf, dan pengin balik lagi sama kita. Gimana ya?
Hmm, sebelum masuk ke tahap memaafkan, yang perlu disiapkan oleh hati kita adalah, apakah kita mau atau nggak memaafkan dia. Kalau nggak mau memaafkan, ya tinggalkan saja dia. Tapi kalau kita masih sayang dan mau memberi dia kesempatan lagi, bisa coba langkah-langkah berikut:
* Saat mau memaafkan, coba kita lihat apa alasan kita mau memaafkan dia. Nah, alasan itulah yang jadi pegangan kita untuk menjalani hubungan pacaran pasca perselingkuhan.
* Siapkan waktu khusus untuk ngobrol berdua dengannya. Sampaikan semua uneg-uneg yang ada di kepala. Seandainya ingin bertanya tentang perselingkuhan itu, tanyakan saja langsung, dan minta dia menjawab sejujurnya. Ingat, harus siap sakit hati mendengar penjelasannya, ya.
* Yang sedikit susah adalah, kita harus tetap tenang menghadapi pacar, karena tujuan kita bertemu ini adalah untuk memaafkannya. Kalau emosi menyerang, coba tarik napas panjang sampai emosi itu mereda.
* Setelah ada perjanjian baru sama si dia, saatnya untuk memulai hubungan lagi. Normal banget kalau ada yang bilang forgive but not forget. Untuk melupakan kesalahan yang dia buat, pasti butuh waktu yang lama. Tapi dengan mencoba menerimanya kembali, dan lebih banyak berkomunikasi dengannya, mudah-mudahan waktu akan menghapus semua sakit hati yang kita rasakan.
Nah, mumpung mau Lebaran, yuk kita coba menjadi pribadi yang lebih dewasa dengan mau memaafkan.
nie fera ambil dari web :http://ceritacincin.blogspot.com/2010/08/memaafkan-pacar-yang-selingkuh.html
Hmm, sebelum masuk ke tahap memaafkan, yang perlu disiapkan oleh hati kita adalah, apakah kita mau atau nggak memaafkan dia. Kalau nggak mau memaafkan, ya tinggalkan saja dia. Tapi kalau kita masih sayang dan mau memberi dia kesempatan lagi, bisa coba langkah-langkah berikut:
* Saat mau memaafkan, coba kita lihat apa alasan kita mau memaafkan dia. Nah, alasan itulah yang jadi pegangan kita untuk menjalani hubungan pacaran pasca perselingkuhan.
* Siapkan waktu khusus untuk ngobrol berdua dengannya. Sampaikan semua uneg-uneg yang ada di kepala. Seandainya ingin bertanya tentang perselingkuhan itu, tanyakan saja langsung, dan minta dia menjawab sejujurnya. Ingat, harus siap sakit hati mendengar penjelasannya, ya.
* Yang sedikit susah adalah, kita harus tetap tenang menghadapi pacar, karena tujuan kita bertemu ini adalah untuk memaafkannya. Kalau emosi menyerang, coba tarik napas panjang sampai emosi itu mereda.
* Setelah ada perjanjian baru sama si dia, saatnya untuk memulai hubungan lagi. Normal banget kalau ada yang bilang forgive but not forget. Untuk melupakan kesalahan yang dia buat, pasti butuh waktu yang lama. Tapi dengan mencoba menerimanya kembali, dan lebih banyak berkomunikasi dengannya, mudah-mudahan waktu akan menghapus semua sakit hati yang kita rasakan.
Nah, mumpung mau Lebaran, yuk kita coba menjadi pribadi yang lebih dewasa dengan mau memaafkan.
nie fera ambil dari web :http://ceritacincin.blogspot.com/2010/08/memaafkan-pacar-yang-selingkuh.html
Langganan:
Postingan (Atom)